Minggu, 5 Oktober 2025
Deutsche Welle

Aplikasi ‘No Thanks‘ Serukan Boikot Produk yang Pro-Israel

Aplikasi ‘No Thanks' mengajak masyarakat untuk tidak membeli produk yang “mendukung” Israel. Apakah ini bentuk protes yang sah…

Deutsche Welle
Aplikasi ‘No Thanks‘ Serukan Boikot Produk yang Pro-Israel 

Aplikasi ‘No Thanks' ini tampak mudah untuk dipakai, pengguna dapat memindai barcode atau kode batang suatu produk atau cukup menuliskan nama produk tersebut.

Dalam hitungan detik, aplikasi itu akan menginformasikan sejauh mana perusahaan asal produk tersebut "mendukung Israel”.

Kemudian, aplikasi itu menampilkan sebuah imbauan untuk tidak membeli produk tertentu. Dalam video yang beredar di TikTok dan X tampak perusahaan seperti Coca-Cola dan Nescafé masuk dalam daftar pemboikotan.

Aplikasi ini baru saja diluncurkan pada 13 November 2023 ini dan telah diunduh lebih dari 100.000 kali hingga hari Minggu (03/12) malam.

Konflik antara Israel dan militan Hamas semakin meningkat secara drastis sejak kelompok militan itu menyerang kawasan Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menawan 240 sandera.

Hamas sendiri memang dikategorikan sebagai sebuah kelompok teroris oleh Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), Jerman, hingga sejumlah negara lainnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas setidaknya 15.000 orang Palestina tewas sejak 7 Oktober akibat serangan balasan Israel yang menargetkan penyerangan di Jalur Gaza. Sejak saat itu, masyarakat di banyak negara telah memposisikan diri sebagai pro-Israel atau pro-Palestina.

Namun, aplikasi ini tidak bisa lagi diunduh dari Google PlayStore sejak 1 Desember 2023. Aplikasi ini juga tidak tersedia untuk perangkat iPhone yang menggunakan sistem iOS.

Siapa pihak yang berada di balik aplikasi ini dan apa sebenarnya tujuan dari aplikasi ‘No Thanks'? Terlebih lagi, mengapa aplikasi tersebut tak lagi tersedia di PlayStore?

"Saudara saya jadi korban"

Menurut keterangan dari aplikasi itu sendiri, ‘No Thanks‘ dikembangkan oleh Ahmed Bashbash yang saat ini menetap di Hungaria.

Saat dihubungi DW, dia mengaku sebagai penduduk Palestina, asal Gaza.

Bashbash menceritakan soal saudara laki-lakinya yang tewas "dalam pembantaian” dan saudara perempuannya meninggal pada tahun 2020 karena tidak mendapatkan bantuan kesehatan dari pihak Israel saat itu.

"Saya mengembangkan ‘No Thanks' demi saudara laki-laki dan perempuan saya yang menjadi korban akibat pendudukan paksa, dan tujuan saya, mencoba mencegah apa yang menimpa keluarga Palestina lainnya,” kata Bashbash kepada DW melalui email.

Dia menyusun daftar perusahaan yang diduga mendukung Israel dengan bantuan situs "Boycotzionism" dan "Ulastempat".

Situs "Boycotzionism" sendiri menggunakan slogan "Dari sungai hingga lautan, Palestina akan merdeka", yang juga terkadang ditafsirkan sebagai antisemitisme dan di Jerman dilarang.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved