Aplikasi ‘No Thanks‘ Serukan Boikot Produk yang Pro-Israel
Aplikasi ‘No Thanks' mengajak masyarakat untuk tidak membeli produk yang “mendukung” Israel. Apakah ini bentuk protes yang sah…
Beberapa pihak menganggap frasa dalam slogan itu menyangkal hak eksistensi Israel.
Dilihat dari situsnya, sejumlah perusahaan ternama masuk dalam daftar merek yang harus diboikot.
Mulai dari Adidas, McDonald, Chanel,Netflix, Apple, hingga pihak yang mewakili berbagai industri. Sebut saja makanan, kosmetik, dan penyedia layanan streaming.
Kritik atas kebijakan Israel atau sikap antisemitisme?
Bashbash mengaku mendapatkan informasi bahwa aplikasinya dilarang oleh Google lantaran mencantumkan kalimat: "Anda bisa melihat apakah produk yang Anda pakai mendukung pembunuhan anak-anak di Palestina." Kalimat itu ditampilkan di beranda aplikasi tersebut.
Para ahli menyebut kalau kalimat ini bisa ditafsirkan sebagai kritik terhadap Israel atau sikap antisemitisme. Kepada DW, Direktur Pusat Pendidikan Anne Frank, Meron Mendel, mengatakan bahwa kalimat itu mengingatkan soal kepercayaan antisemit pada abad pertengahan, di mana orang Yahudi disebut-sebut membunuh anak-anak demi menghasilkan roti Paskah dari darahnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Pusat Penelitian Antisemitisme, Uffa Jensen, juga menyebut kalau ungkapan ini dapat diduga sebagai sikap antisemitisme lantaran menggunakan citra Israel sebagai pembunuh anak-anak.
Tafsiran lain dari kalimat itu adalah fakta di mana anak-anak memang terbunuh selama serangan udara yang dilancarkan Israel di Gaza selama perang saat ini, kata Mendel.
Jensen juga menambahkan bahwa Hamas turut membunuh anak-anak Israel pada tanggal 7 Oktober. "Kalimat seperti itu keluar dari konteks dan menjadi sangat polemik," tuturnya.
Tujuan boikot produk pro-Israel
Menurut Mendel, pertanyaan pentingnya adalah apa tujuan pasti dari pemboikotan tersebut.
Sejak 7 Oktober, terlihat jelas bahwa tidak semua orang punya tujuan yang sama. "Ada orang yang menginginkan negara Palestina berdampingan dengan negara Israel dan ada juga yang menginginkan kehancuran negara Israel. Intinya di sini adalah untuk membedakan kedua kelompok tersebut."
"Pemboikotan sarana ekonomi, keputusan seseorang untuk tidak boleh membeli suatu produk merupakan hal yang sah," tambah Mendel.
Lebih lanjut, pemboikotan Arab terhadap Israel bukan merupakan barang baru. Hal itu dimulai sejak awal tahun 1970-an.
Menurut Jensen, ada juga minoritas sayap kiri Yahudi yang mengkritik Israel dan mendukung kampanye semacam ini. Boikot ini juga merupakan propaganda melawan Israel. Secara keseluruhan, perlu dibedakan apakah kampanye itu untuk mengkritik Israel atau masuk dalam sikap antisemitisme," kata Mendel.
Kerugian ekonomi sulit terjadi
Masalah yang akan muncul bagi Israel akibat tindakan semacam itu bukanlah kerugian ekonomi. Yang akan terjadi mungkin adalah pemboikotan atas budaya dan ilmu pengetahuan, jelas Mendel.
"Kekuatan progresif di Israel, dalam ilmu pengetahuan, seni, gerakan perdamaian, termasuk juga di Eropa hingga Amerika Utara yang sedang dipinggirkan dan dikucilkan," ujar dia.
Karena itu, banyak juga aksi protes bertujuan mendukung kekuatan progresif yang damai di kedua belah pihak.
Tujuan utama Ahmed Bashbash saat ini adalah membuat aplikasi kembali tersedia dan dapat diunduh orang-orang.
Aplikasi ini gratis dan seluruh keuntungannya bakal disumbangkan kepada organisasi-organisasi Palestina yang membantu masyarakat Gaza, kata Bashbash dalam aplikasinya.
(mh/ha/hp)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.