Polisi selidiki sindikat perdagangan manusia pengungsi Rohingya di Aceh - ‘Saya bayar Rp20 juta agar keluarga saya bisa naik perahu’
Polres Aceh Timur mengusut dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di tengah gelombang pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh.…
Saat ini, Andy mengatakan bahwa sopir truk sudah ditahan, sementara orang berinisial L yang berkomunikasi langsung dengan tersangka I di lokasi lain, masih dalam pencarian.
Para pelaku dijerat Pasal 120 ayat 1 dan (2) undang-undang keimigrasian nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian, dan atau Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 6 jo Pasal 10 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Andy menduga bahwa Indonesia bukanlah negara tujuan akhir bagi 36 pengungsi Rohingya tersebut.
“[Mereka] dibawa ke provinsi lain, dan dari provinsi lain kita belum tahu mau dibawa ke mana. Karena kita belum melakukan penyelidikan karena masih terputus dengan saudara L tadi,“ ujarnya.
Berdasarkan keterangan dari sejumlah pengungsi yang ditetapkan sebagai saksi korban, Andy menemukan bahwa mereka membayar agen di kamp pengungsi Cox’s Bazaar di Bangladesh untuk mengantarkan mereka ke Aceh seharga 100.000 Taka Bangladesh atau sekitar US$1.000.
“Waktu di Bangladesh ada agen mereka [pengungsi Rohingya], ini yang masih berbahasa Indonesia dan Inggris terbata-bata. Di Bangladesh dihubungi agennya ke Indonesia,“ pungkasnya.
‘Saya membayar Rp20 juta agar keluarga saya bisa naik perahu’
Seorang pria Rohingya yang kini sudah menetap di Malaysia, Zakaria, mengaku membayar Rp20 juta agar istri dan ketiga anaknya dapat naik kapal ke Aceh.
“Saya bayar Rp20 juta untuk mereka pergi naik kapal kayu,” kata Zakaria kepada wartawan di Aceh, Hidayatullah, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Ia berangkat dari Myanmar menuju Thailand pada tahun 2015. Sementara, istri dan tiga orang anaknya disuruh untuk mengungsi ke kamp di Bangladesh.
"Saya dulu pergi tahun 2015, masuk Thailand dan sekarang di Malaysia," ujar Zakaria, yang berusia 40 tahun.
Pada November 2023, ia membayar agen untuk membantu menyediakan kapal untuk mengirim keluarganya ke Aceh. Kini, Zakaria hanya menunggu waktu untuk bertemu dengan anak dan istrinya yang telah berpisah selama delapan tahun.
"Saya disini kerja serabutan saja, tak ada uang, dan baru sembuh sakit, kalau ada uang saya mau ketemu mereka," kata Zakaria dalam bahasa Melayu.
Istri dan ketiga anak Zakaria merupakan bagian dari gelombang pertama pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh beberapa pekan lalu.
Namun, Zakaria tak tahu identitas orang yang ia kirimi uang. Yang jelas, orang itu ada di Bangladesh.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.