Senin, 6 Oktober 2025

Rudal Avangard Rusia Bisa Jadi Mimpi Buruk Pertahanan AS, Negara 'Kuda Hitam' Siap Mengancam

Avangard menjadi jawaban atas terus berkembangnya teknologi senjata generasi baru dan sistem pertahanan rudal AS yang mampu menangkal senjata nuklir

Editor: Hendra Gunawan
Kementerian Pertahanan Rusia / Metro.co.uk
(Ilustrasi) Rusia siap aktifkan rudal hipersonik avangard. 

TRIBUNNEWS.COM -- Rusia mengklaim telah mengembangkan rudal balistik antarbenua berhulu ledak nuklir terbarunya.

Rudal Avangard tersebut dilengkapi kendaraan luncur hipersonik yang dimuat dalam silo peluncuran di Rusia bagian selatan.

Saluran televisi Zvezda milik Kementerian Pertahanan Rusia telah menyiarkan video rudal tersebut pada Kamis (16/11/2023).

Kendaraan luncur hipersonik Avangard sendiri sejatinya telah diumumkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2018 lalu.

Baca juga: Rusia Klaim Berhasil Lakukan Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua Bertenaga Nuklir

Avangard menjadi jawaban atas terus berkembangnya teknologi senjata generasi baru dan sistem pertahanan rudal AS yang mampu menangkal senjata nuklir tersebut.

Kini Avangard diklaim tak mampu diantisipasi oleh pertahanan udara mana pun, termasuk senjata Pentagon.

Dikutip dari Reuters, ketika Avangard ditembakkan dan mendekati sasaran, kendaraan luncurnya akan lepas dari roket.

Kemudian peluru berhulu ledak nuklirnya mampu bermanuver secara tajam di luar lintasan roket dengan kecepatan hipersonik hingga 27 kali kecepatan suara (sekitar 21.000 mil per jam atau 34.000 kilometer per jam).

Zvezda menunjukkan, sebuah rudal balistik diangkut ke silo peluncuran, perlahan-lahan diangkat ke posisi vertikal dan kemudian diturunkan ke sebuah poros di wilayah Orenburg dekat Kazakhstan.

Rusia memasang rudal pertama yang dilengkapi Avangard pada tahun 2019 di fasilitas Orenburg yang sama.

Rusia dan AS, yang sejauh ini merupakan negara dengan kekuatan nuklir terbesar, sama-sama menyatakan penyesalan atas disintegrasi terus-menerus dalam perjanjian pengendalian senjata yang berupaya memperlambat perlombaan senjata Perang Dingin dan mengurangi risiko perang nuklir.

Baca juga: Nasib Menteri Israel Amichai Eliyahu Beberapa Jam Setelah Usul Gaza Dibom Nuklir

Namun Amerika Serikat, Rusia dan China sedang mengembangkan serangkaian sistem senjata baru, termasuk sistem senjata hipersonik.

Saat ini negeri Paman Sam menganggap China sebagai pesaing terbesar dan Rusia sebagai ancaman paling serius.

Presiden AS Joe Biden berpendapat bahwa abad ini akan ditentukan oleh persaingan eksistensial antara negara demokrasi dan otokrasi.

Rusia mengatakan dominasi Amerika Serikat pasca-Perang Dingin sedang runtuh dan bahwa Washington selama bertahun-tahun telah menyebarkan kekacauan di seluruh dunia sambil mengabaikan kepentingan negara-negara lain.

Ada Kuda Hitam

Di luar persaingan nuklir AS, Rusia dan China, masih ada negara yang menjadi 'kuda hitam' dalam persaingan senjata nuklir.

Negara tersebut adalah Korea Utara. Melansir Newsweek, saat ini Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tengah mempersiapkan perang dengan serius. Sebagai bukti nyata, Korea Utara tampak konsisten membangun persenjataan nuklirnya.

Korut sendiri mengakui telah melakukan uji coba senjata nuklir dan memiliki senjata pemusnah massal tersebut.

Data yang dihimpun Institute for Science and International Security menunjukkan, saat ini Kim Jong Un memiliki persenjataan yang lengkap mencakup sekitar 35 hingga 63 hulu ledak.

Profesor Andrei Lankov, pakar sejarah Korea dari Kookmin University, mengatakan Kim semakin berani membangun persenjataan nuklir karena para pemimpin Barat gagal memanfaatkan peluang sebelumnya untuk menekan rezim Korea Utara.

Pemimpin Barat secara keliru percaya bahwa program nuklir bukanlah “ancaman yang realistis”. Hal tersebut diungkapkan Lankov saat wawancara dengan Financial Times.

Lankov menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk menafsirkan fokus Korea Utara dalam membangun lebih banyak senjata nuklir adalah bahwa Kim berencana melakukan "penaklukan" terhadap Korea Selatan sebagai bagian dari putaran Perang Korea berikutnya.

Dia mengatakan ambisi Kim akan menjadi jelas dalam 15 tahun ke depan.

“Cara terbaik, atau mungkin satu-satunya, untuk menjelaskan arah pengembangan senjata nuklir Kim adalah bahwa Korea Utara secara serius mempersiapkan diri untuk putaran kedua perang Korea dan penaklukan Korea Selatan,” kata Lankov.

“Ini adalah ancaman yang akan semakin nyata dalam 10 atau 15 tahun ke depan.” Newsweek menghubungi kedutaan Korea Utara di London untuk mendapatkan komentar melalui email pada hari Kamis. Namun belum ada tanggapan.

Menurut Associated Press, Kim mengumumkan dalam pidatonya pada bulan September bahwa ia berencana untuk meneruskan upaya untuk meningkatkan produksi senjata nuklir secara eksponensial dan mendiversifikasi cara serangan nuklir, sebagai bagian dari “Perang Dingin baru” yang mempertemukan Amerika Serikat melawan Korut, sekaligus sekutunya yakni Rusia dan China.

Permusuhan AS-Korut telah meningkat tahun ini. Para pejabat Pyongyang berulang kali mengancam akan melakukan pembalasan atas dugaan serangan di dekat wilayahnya.

Kim Jong Un mengancam akan melancarkan serangan nuklir terhadap AS pada bulan Juli atas kapal selam nuklir yang tiba di Busan, Korea Selatan.

Kemampuan Korut untuk menyerang AS secara langsung masih belum jelas, negara ini telah menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang berpotensi menjangkau seluruh Pasifik.

Data mengenai senjata nuklir yang ada di negara tersebut masih langka karena kerahasiaan rezim Kim.

Pengembangan nuklir besar-besaran Pada Desember 2022 lalu, media milik pemerintah Korea Utara KCNA memberitakan, Kim memerintahkan perluasan persenjataan nuklir negaranya secara “eksponensial” dan pengembangan rudal balistik antarbenua baru yang lebih kuat. (Kontan/Reuters

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved