Minggu, 5 Oktober 2025

Palestina: Tentara Israel ‘serbu’ RS Al-Shifa di Gaza dengan tank

Tentara Israel telah menyerbu fasilitas kesehatan utama Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa, menurut keterangan saksi mata.

BBC Indonesia
Palestina: Tentara Israel ‘serbu’ RS Al-Shifa di Gaza dengan tank 

"Ini adalah undangan terbuka kepada komunitas internasional dan bahkan kepada Israel. Mereka berada di dekat rumah sakit Shifa. Mengapa tidak masuk ke Rumah Sakit Shifa dan melihatnya?

"Kami adalah warga sipil. Saya seorang dokter-ahli bedah. Kami memiliki staf medis, kami memiliki pasien, dan pengungsi. Tidak ada lagi," tegas Dr Marwan.

Dr Marwan Abu Saada, mengatakan Al-Shifa biasanya menggunakan 24.000 liter bahan bakar sehari untuk menjalankan generatornya.

Sekalipun hanya satu generator yang menyala, rumah sakit masih membutuhkan 9.000 hingga 10.000 liter, katanya.

"[300 liter] tidak ada artinya. Ini akan menyalakan generator kami hanya selama setengah jam," jelasnya kepada BBC.

Dr Abu Saada mengatakan unit perawatan intensif dan ruang bedah di rumah sakit tersebut kini sepenuhnya menggunakan tenaga surya.

Kurangnya listrik menyebabkan rumah sakit tidak mampu menyediakan hemodialisis kepada 45 pasiennya yang memerlukan perawatan ginjal selama dua hari karena kurangnya listrik.

Selama 30 hari terakhir, pekerja Al-Shifa harus menggali empat kuburan massal untuk pasien yang tidak diketahui identitasnya, sementara 100 mayat lainnya saat ini tergeletak di tempat terbuka di luar unit gawat darurat.

"Ini adalah sumber wabah dan infeksi," katanya. "Ini adalah bencana."

RS Indonesia di Gaza lumpuh

Selain RS Al Shifa, Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza juga lumpuh setelah pasokan bahan bakar dan persediaan obat-obatan habis, kata Kepala Presidium MER-C Dr Sarbini Abdul Murad.

Sarbini mengatakan pasokan bahan bakar yaitu solar sudah habis. Begitu juga dengan persediaan obat-obatan, makanan, minuman menipis.

Para staf medis, kata Sarbini, terpaksa melakukan penghematan yang luar biasa.

Situasi seperti ini membuat rumah sakit lumpuh.

"Ya lumpuh, pasokan bahan bakar untuk listrik tidak ada, obat ludes... tapi mereka tetap mencoba melakukan yang terbaik. Kalau tidak ada lampu, pakai senter atau dilakukan di siang hari."

Pada Kamis (09/11) malam, dilaporkan terjadi ledakan dekat RS Indonesia di Gaza.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan "sasaran roket adalah daerah Taliza'tar yang lokasinya sangat dekat RSI sehingga RSI mengalami sejumlah kerusakan fisik tambahan."

Menurutnya, terdapat tiga WNI relawan di ruang bawah tanah Rumah Sakit Indonesia saat terjadinya "serangan". Mereka "sudah bisa dihubungi dan dalam keadaan baik".

"Indonesia sekali lagi mengutuk serangan-serangan biadab terhadap warga dan obyek sipil, khususnya fasilitas-fasilitas kemanusiaan di Gaza," kata Lalu Muhammad Iqbal, tanpa merinci pihak mana yang melancarkan serangan roket.

Sebelumnya, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengeklaim bahwa Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia yang didanai oleh LSM asal Indonesia dan juga diresmikan pada tahun 2016, dibangun di atas fasilitas Hamas. Ada fasilitas teroris bawah tanah di sana sebelum rumah sakit itu dibangun, jelasnya.

Hagari memperlihatkan apa yang dia sebut landasan peluncuran roket terletak sekitar 75 meter dari RS Indonesia di Gaza.

"Hamas meluncurkan roket ke Israel 75 meter dari rumah sakit," katanya.

Hagari juga menuding Hamas mencuri bahan bakar dari rumah sakit tersebut untuk berperang melawan Israel.

Menanggapi pernyataan militer Israel, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, menyatakan: "RS Indonesia di Gaza adalah fasilitas yang dibangun masyarakat Indonesia sepenuhnya untuk tujuan kemanusiaan dan untuk melayani kebutuhan medis masyarakat Palestina di Gaza."

Menurutnya, "RS Indonesia saat ini sudah dikelola sepenuhnya oleh otoritas Palestina di Gaza, meskipun dari waktu ke waktu selalu ada relawan Indonesia yang membantu."

Iqbal menambahkan, RS Indonesia justru merupakan satu dari segelintir fasilitas kesehatan yang masih berfungsi di Gaza di tengah jumlah korban serangan Israel yang terus bertambah setiap harinya.

"Rumah sakit ini saat ini merawat pasien dalam jumlah jauh melampaui kapasitasnya," tegasnya.

Mer-C: 'Israel melakukan kebohongan publik'

Kepala Presidium MER-C Dr Sarbini Abdul Murad mengatakan Israel melakoni pembohongan publik terkait tuduhan bahwa RS Indonesia membuat bunker untuk solar.

"Israel mencoba untuk melakukan satu kebohongan publik yang seakan-akan bahwa RS Indonesia ada membuat seperti bunker untuk menyimpan solar," kata Sarbini dalam konferensi pers, Senin (6/11), sebagaimana dikutip detik.com.

Sarbini menegaskan pembangunan RS Indonesia dilakukan secara profesional.

"IDF [militer Israel] merilis bahwa RS Indonesia ada melakukan hal-hal yang menurut Israel ini sesuatu yang tidak tepat. Oleh sebab itu, kami membantah. Bahwa kita membangun RS ini dalam konteks yang profesional," ujar Sarbini.

Dia juga menuding Israel sengaja melontarkan tudingan itu sebagai dalih untuk menyerang RS Indonesia.

"Apa yang dituduhkan oleh Israel bisa jadi ini suatu prakondisi untuk melakukan serangan ke RS Indonesia di Gaza," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Tim Pembangunan RS Indonesia, Farid Thalib, juga membantah tuduhan Israel.

"Tidak benar tuduhan yang mereka (Israel) katakan terowongan itu bukan di RS Indonesia," kata Kepala Tim Pembangunan RS Indonesia, Farid Thalib, di Jakarta, dilansir kantor berita Antara, Senin (6/11).

"Ini kemarin juga videonya. Disebut tunnel (terowongan). Bukan, ini bukan RS Indonesia. Kelihatan dari marmernya," ujarnya menunjukkan video yang dirilis Israel.

Dia juga menjelaskan soal fungsi tangki solar. Tangki solar tersebut memang diperuntukkan buat suplai genset RS Indonesia.

"Tangki ini buat suplai untuk genset kita. Tangki solar. Kenapa kita taruh di bawah? Kan secara artistik lebih bagus. Itu juga kan mudah terbakar. Dan kalau terjadi keributan seperti peperangan sekarang, meledak jadinya," ungkapnya.

Israel klaim telah membelah Jalur Gaza

Militer Israel mengeklaim telah mengepung Kota Gaza dan membelah Jalur Gaza menjadi dua.

"Saat ini, ada Gaza Utara dan Gaza Selatan," kata juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, kepada wartawan pada Minggu (05/11).

Dia menyebut langkah tersebut sebagai "tahap penting" dalam perang Israel melawan Hamas.

Menurutnya, Israel masih "mengizinkan koridor" bagi para penduduk Jalur Gaza bagian utara dan Kota Gaza untuk menuju ke daerah selatan.

Israel, kata Hagari, "akan terus menyerang dengan kuat dan mengintensifkan operasi darat kami di Jalur Gaza utara dan Kota Gaza secara lebih luas".

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan gencatan senjata sementara dengan kelompok milisi Palestina, Hamas dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Tel Aviv.

Dalam pertemuan itu, Netanyahu dan Blinken membahas seruan AS agar Israel menyetujui jeda kemanusiaan dalam serangannya di Gaza untuk memungkinkan pengiriman bantuan. Namun Netanyahu mengatakan sampai semua sandera dibebaskan, kesepakatan seperti itu tidak bisa diterapkan.

Israel gempur kamp pengungsi Jabalia di Gaza

Sebelumnya, militer Israel membenarkan bahwa jet-jet tempurnya telah menggempur kamp pengungsi Jabalia di Gaza. Israel mengeklaim serangan tersebut menyebabkan runtuhnya infrastruktur bawah tanah Hamas dan menewaskan seorang komandan senior Hamas.

Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan gempuran Israel menyebabkan kawah besar dan sejumlah bangunan di sekitarnya ambruk. Beberapa foto lainnya menunjukkan korban tewas mencakup anak-anak.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 50 orang tewas, sedangkan Komunitas Bulan Sabit Merah Palestina menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 25 orang. Seorang dokter di Gaza mengatakan kepada BBC bahwa rumah sakitnya telah menerima 120 orang tewas.

Tamara Al-Rifai dari badan PBB untuk Palestina, UNRWA, mengatakan kepada BBC bahwa Jabalia adalah kamp pengungsi yang sangat miskin. Bahkan "sebagian besar penduduknya bergantung pada bantuan".

Awalnya, Jabalia adalah sebuah kamp yang dilengkapi tenda, seperti yang terlihat pada foto-foto hitam-putih kuno. Namun seperti kebanyakan kamp yang didirikan pada tahun 1948, kamp-kamp tersebut perlahan-lahan berubah menjadi tempat yang lebih mirip dengan kota-kota kumuh.

Al-Rifai mengatakan UNRWA mengenal kamp tersebut dengan sangat baik karena ini adalah kamp terbesar dari delapan kamp pengungsi Palestina di Jalur Gaza dan juga yang paling padat penduduknya.

Badan PBB tersebut memiliki 16 sekolah di kamp tersebut, kata Al-Rifai, "jadi saya berani mengatakan bahwa rekan-rekan saya di sekolah ini - para guru, pendidik - mengenal sebagian besar anak-anak di kamp ini sehingga ini adalah momen yang sangat sulit bagi mereka."

Juru bicara militer Israel, Letkol Jonathan Conricus, mengeklaim serangan di kamp pengungsi Jabalia menewaskan Ibrahim Biari, seorang komandan batalyon Hamas. Conricus menyebut Biari sebagai "orang penting dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan 7 Oktober".

Conricus mengatakan "puluhan" milisi Hamas telah terbunuh di "kompleks terowongan bawah tanah yang luas" tempat Biari mengarahkan operasinya.

Dia mengatakan militer Israel telah menyerang di antara bangunan, menargetkan kompleks terowongan di bawahnya. Runtuhnya terowongan tersebut, kata dia, menyebabkan bangunan di sekitarnya ambruk. Hal ini, katanya "tidak dapat dihindari".

Netanyahu: 'Ini waktunya untuk berperang'

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan dirinya menolak melakoni gencatan senjata dengan Hamas. Alih-alih berdamai, Netanyahu menyatakan "ini waktunya untuk berperang".

"Sama seperti AS yang tidak menyetujui gencatan senjata setelah pengeboman Pearl Harbor atau setelah serangan teroris 9/11, Israel juga tidak akan menyetujui penghentian permusuhan dengan Hamas setelah serangan mengerikan pada 7 Oktober," papar Netanyahu.

"Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah kepada Hamas, menyerah pada terorisme," ujarnya.

"Alkitab mengatakan 'ada waktunya untuk damai, ada waktunya untuk berperang. Ini adalah waktunya untuk berperang," cetus Netanyahu.

Ketika ditanya apakah operasi daratnya di Gaza akan menjamin pembebasan para warga Israel yang disandera Hamas, Netanyahu menjawab: "Penilaian umum kami, bukan hanya penilaian anggota kabinet tetapi juga seluruh pasukan keamanan dan militer, aksi darat sebenarnya menciptakan kemungkinan - bukan kepastian - untuk membebaskan sandera kami, karena Hamas tidak akan melakukannya kecuali mereka berada di bawah tekanan."

"Kami berkomitmen untuk memulangkan semua sandera," tambah Netanyahu.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada komite parlemen bahwa perang tersebut akan terdiri dari tiga tahap.

"Tahap pertama dari kampanye ini dimaksudkan untuk menghancurkan infrastruktur Hamas untuk mengalahkan dan menghancurkan Hamas," kata Gallant.

Dia menggambarkan tahap kedua sebagai pertempuran lanjutan saat pasukan bekerja untuk "menghilangkan kantong-kantong perlawanan".

Dan tahap ketiga, kata Gallant, "akan membutuhkan penghapusan tanggung jawab Israel atas kehidupan di Jalur Gaza, dan pembentukan realitas keamanan baru bagi warga Israel".

Israel peringatkan RS evakuasi pasien dan pengungsi

Ratusan pasien kini terjebak di sejumlah rumah sakit di Gaza utara dan kondisi fisik mereka tak memungkinkan untuk berpindah ke selatan, kata badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani pengungsi Palestina (UNRWA).

Israel telah memperingatkan pihak rumah sakit untuk mengevakuasi pasien dan pengungsi yang berlindung di rumah sakit, namun para dokter mengatakan memindahkan ratusan orang - banyak di antaranya dalam perawatan intensif - adalah hal yang mustahil.

Tom White dari UNRWA menegaskan apa yang sudah dikatakan para dokter, bahwa memindahkan para pasien adalah hal yang mustahil.

"Banyak orang di utara mencari perlindungan di sekolah-sekolah yang dikelola UNRWA, mereka mencari perlindungan di rumah sakit," kata White.

"Saya berada di salah satu rumah sakit pekan ini dan ada ratusan pasien yang tidak bisa dipindahkan," ujarnya kemudian.

Dia kemudian berkata bahwa orang-orang yang kini berada di utara Gaza - tak hanya pasien - juga "tak bisa berpindah karena mereka tak memiliki moda transportasi".

Ledakan di RS Al-Ahli

Krisis kemanusiaan terus terjadi di Palestina.

Kelompok Hamas - pihak berwenang di Gaza - mengatakan 500 orang tewas dalam ledakan di rumah sakit Al Ahli. Hamas menyalahkan Israel, yang pada gilirannya menyalahkan kelompok milisi Jihad Islam Palestina.

BBC berbicara dengan seorang dokter di rumah sakit yang didanai oleh Gereja Anglikan tersebut yang mengatakan bahwa terjadi kehancuran total dan ratusan orang tewas atau terluka akibat ledakan tersebut.

"Dokter melakukan operasi di lapangan dan di koridor, dan beberapa di antaranya tanpa anestesi," kata juru bicara kementerian Dr Ashraf Al-Qudra, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Facebook pada Rabu (18/10) pagi.

Dia menambahkan bahwa banyak dari korban adalah anak-anak dan perempuan, serta menambahkan bahwa banyak dari cedera yang diderita para korban "di luar kemampuan tim medis kami".

Hamas menyalahkan serangan udara Israel dan menggambarkannya sebagai "kejahatan perang", sementara Israel membantah militernya terlibat dan mengatakan ledakan itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam Palestina.

Jihad Islam, kelompok milisi terbesar kedua di Jalur Gaza, membantah bertanggung jawab.

Insiden itu terjadi tidak lama setelah PBB mengatakan sebuah sekolah yang menampung ribuan orang di Gaza tengah juga terkena serangan, menewaskan sedikitnya enam orang.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved