Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Erdogan Sebut DK PBB Tak Berguna, Buta saat Israel Bunuh 11.100 Warga Palestina di Gaza

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Dewan Keamanan PBB tak berfungsi saat Israel bombardir Gaza. Lebih dari 11.100 warga Palestina terbunuh.

Editor: Nuryanti
BADAN PERS SAUDI / AFP
Gambar selebaran yang disediakan oleh Saudi Press Agency (SPA) pada 11 November 2023 ini menunjukkan presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara dalam pertemuan darurat Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), di Riyadh. -- Erdogan sebut DK PBB buta pada genosida yang dilakukan Israel di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengkritik Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang 'tidak berfungsi' saat Israel terus membombardir Jalur Gaza, menewaskan 11.100 warga Palestina.

"Kita telah melihat sekali lagi, PBB dan organisasi internasional lainnya tidak berfungsi dan buta jika yang meninggal adalah seorang Muslim," kata Erdogan dalam KTT Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Liga Arab di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (12/11/2023).

"Komunitas internasional sekarang perlu mengambil tindakan terhadap pembantaian tersebut. Namun, kami melihat bahwa Dewan Keamanan PBB sekali lagi menjadi tidak berfungsi," lanjutnya.

Menurutnya, penting untuk mengubah struktur di DK PBB.

Terutama, sistem veto yang memberikan hak istimewa kepada 5 negara yakni Amerika Serikat (AS), China, Rusia, Prancis, dan Inggris, yang dapat membatalkan keputusan bersama di PBB.

“Sekarang penting untuk memperbarui struktur yang dibuat setelah Perang Dunia Kedua. Keanggotaan permanen dan sistem veto di PBB harus diubah,” katanya.

Baca juga: IMF: Konflik Israel-Hamas Dongkrak Inflasi di Eropa

Erdogan berpendapat, masa depan Jalur Gaza tidak bisa bergantung pada para pemegang hak veto di DK PBB untuk mengambil tindakan terhadap Israel.

“Masa depan dunia dan kehidupan masyarakat tidak bisa diserahkan kepada belas kasihan 5 negara yang mempunyai hak veto,” kata Presiden Erdogan, dikutip dari France24.

"Gaza, pertama-tama, adalah tanah rakyat Palestina. Amerika harus menerima ini," tambahnya.

"Jika (Presiden AS) Biden memiliki pendekatan yang mengatakan 'Gaza bukanlah tanah rakyat Palestina, tetapi tanah para pemukim pendudukan dan Israel', maka tidak mungkin bagi kita untuk mencapai kesepakatan," lanjutnya.

Erdogan: Seharusnya, Pemegang Hak Veto Bukan Penentu Keputusan Dunia

Dewan Keamanan PBB mengheningkan cipta sebelum bertemu mengenai konflik antara Israel dan Hamas, pada 10 November 2023, di Markas Besar PBB di New York City.
Dewan Keamanan PBB mengheningkan cipta sebelum bertemu mengenai konflik antara Israel dan Hamas, pada 10 November 2023, di Markas Besar PBB di New York City. (TIMOTI A. CLARY / AFP)

Baca juga: Prancis Desak Israel Setop Bom Gaza, Netanyahu: Macron Buat Kesalahan Fatal

Lebih lanjut, Erdogan menegaskan, suara dari berbagai negara di dunia lebih menentukan daripada 5 negara pemegang hak veto PBB.

Ia merujuk pada pemungutan suara di PBB, yang menyerukan gencatan senjata setelah genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza, yang kini mencapai lebih dari 11.100 warga Palestina yang terbunuh.

"Pemungutan suara di PBB, dengan 121 negara yang mendukung Palestina, mereka adalah negara-negara yang menerima dunia lebih besar dari lima (pemegang hak veto)," katanya.

"Dengan sikap yang mereka tunjukkan, mereka berkata 'Ya, dunia lebih besar dari lima'," lanjutnya.

Seorang pria berjalan di antara mayat-mayat yang terbungkus kafan dari mereka yang tewas dalam pemboman Israel di Deir Balah di Jalur Gaza tengah, di rumah sakit Shuhada Al-Aqsa di kota yang sama pada 6 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas.
Seorang pria berjalan di antara mayat-mayat yang terbungkus kafan dari mereka yang tewas dalam pemboman Israel di Deir Balah di Jalur Gaza tengah, di rumah sakit Shuhada Al-Aqsa di kota yang sama pada 6 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. (MAHMUD HAMS / AFP)

Baca juga: Hamas Bantah Tuduhan Israel Halangi Bantuan Bahan Bakar ke RS Al-Shifa

Erdogan menyatakan, 40 negara abstain dan 14 negara memberikan suara menentang, dan Amerika Serikat merupakan pemimpin oposisi yang memberikan suara.

“AS harus meningkatkan tekanannya terhadap Israel. Barat harus meningkatkan tekanan terhadap Israel. Penting bagi kita untuk menjamin gencatan senjata,” katanya.

“Tetapi kami fokus pada berapa banyak lagi dari 40 negara yang abstain yang dapat kami tambahkan ke dalam 121 negara tersebut,” katanya.

Erdogan akan menghubungi negara-negara yang abstain untuk mengajaknya bergabung mendukung gencatan senjata di Palestina.

Hamas Palestina vs Israel

Pernyataan Presiden Turki Erdogan ini menyusul serangan Israel di Jalur Gaza ini, yang menanggapi serangan terbaru Hamas di Israel dengan menerobos perbatasan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan terhadap kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.

Hamas menculik kurang lebih 240 orang di Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di wilayah Israel.

Sementara itu, serangan balasan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 11.100 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Senin (13/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved