Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Ribuan Pekerja asal Gaza Hilang, Disebut Ditahan secara Ilegal oleh Israel

Aktivis HAM dan serikat pekerja menyebut adanya ribuan pekerja asal Gaza hilang sejak perang terjadi. Diduga Israel telah menahan mereka dengan ilegal

AFP/AHMAD GHARABLI
Keamanan Israel mengusir pria Muslim di bawah usia 50 tahun, di Gerbang Singa yang mengarah ke Kawasan Muslim Kota Tua ke kompleks Masjid Al-Aqsa tempat jamaah berkumpul untuk salat Jumat, di Yerusalem timur pada 20 Oktober 2023 , di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas di Jalur Gaza. Aktivis HAM dan serikat pekerja menyebut adanya ribuan pekerja asal Gaza hilang sejak perang terjadi. Diduga Israel telah menahan mereka dengan ilegal (AHMAD GHARABLI/AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Ribuan pekerja asal Gaza yang bekerja di Israel telah hilang sejak adanya kampanye penangkapan massal oleh Israel.

Dikutip dari Aljazeera, aktivis HAM dan serikat pekerja meyakini beberapa pekerja tersebut ditahan secara ilegal di fasilitas militer di Tepi Barat yang tengah diduduki, menyusul adanya pencabutan izin bekerja bagi warga Gaza di Israel.

Aktivis HAM mengatakan hingga saat ini pemerintah Israel enggan untuk merilis para pekerja asal Gaza yang disebut telah ditahan secara ilegal.

Sebagai informasi, sejak pasukan bersenjata Palestina, Hamas menyerang Israel secara mendadak pada 7 Oktober 2023 lalu, ada sekitar 18.500 penduduk Gaza memiliki izin untuk bekerja di luar tempat tinggalnya seperti israel.

Hanya saja, ketika perang antara Hamas dan Israel berlangsung, belum diketahui jumlah pasti terkait pekerja asal Gaza yang bekerja di Israel.

Namun, aktivis HAM dan serikat pekerja meyakini ada ribuan pekerja asal Gaza yang ditangkap tentara Israel dan dikurung di lokasi yang tidak diketahui.

Baca juga: Israel Mulai Serangan Darat ke Gaza, Jerman Kerahkan 1.000 Pasukan Elite, Tanda-tanda Perang Besar?

Salah satu pekerja asal Gaza, Walid mengungkapkan pada 8 Oktober 2023 lalu, dirinya ditangkap ketika hendak berangkat bekerja dan ditahan di sebuah fasilitas di kawasan Almon atau Anatot.

Kawasan tersebut merupakan bekas kota Anata di Palestina yang dikuasai Israel ketika menyerang Yerusalem Timur.

Organisasi HAM mengungkapkan fasilitas di kawasan tersebut kerap digunakan pemerintah Israel untuk menahan ratusan pekerja dalam penahanan sewenang-wenang dan merupakan tindakan yang melanggar hukum internasional.

Walid mengatakan ditahan selama tiga hari di sebuah tempat seperti penjara tetapi tanpa adanya atap.

Selain itu, Walid juga mengaku tidak diberi makan, air, dan akses ke toilet selama ditahan.

Kemudian, dia mengaku dipindah ke sebuah lahan seluas sekitar 300 meter persegi ketika di saat yang bersamaan, dirinya bertemua ratusan buruh tengah berada di sebuah bilik toilet kimia.

Namun, saat Walid berinisiatif untuk menghubungi Palang Merah, dia justru dikecam dan dipukuli oleh tentara.

Walid baru dibebaskan tentara Israel ketika dipastikan dirinya adalah penduduk Tepi Barat meski lahir di Gaza.

Ratusan Keluarga asal Gaza Mengaku Anggotanya Hilang

Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza berjalan di kamp tenda yang disediakan UNDP di Khan Younis pada Kamis, 19 Oktober 2023. Ratusan warga Palestina berkerumun di kamp tenda kumuh di Gaza selatan, sebuah gambaran yang membawa kembali kenangan akan trauma terbesar mereka. Pembangunan kota tenda yang dilakukan secara dadakan di Khan Younis untuk melindungi sejumlah warga Palestina yang kehilangan atau meninggalkan rumah mereka selama beberapa hari terakhir akibat pemboman hebat Israel telah menimbulkan kemarahan, ketidakpercayaan dan kesedihan di seluruh dunia Arab. (AP Photo/Fatima Shbair, File)
Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza berjalan di kamp tenda yang disediakan UNDP di Khan Younis pada Kamis, 19 Oktober 2023. Ratusan warga Palestina berkerumun di kamp tenda kumuh di Gaza selatan, sebuah gambaran yang membawa kembali kenangan akan trauma terbesar mereka. Pembangunan kota tenda yang dilakukan secara dadakan di Khan Younis untuk melindungi sejumlah warga Palestina yang kehilangan atau meninggalkan rumah mereka selama beberapa hari terakhir akibat pemboman hebat Israel telah menimbulkan kemarahan, ketidakpercayaan dan kesedihan di seluruh dunia Arab. (AP Photo/Fatima Shbair, File) (AP/Fatima Shbair)

Terpisah, Direktur Eksekutif organisasi HAM di Israel bernama HaMoked, Jessica Montell, mengungkapkan pihaknya telah menerima ratusan panggilan telepon dari keluarga yang anggotanya bekerja di Israel.

"Saya telah menerima ratusan panggilan telepon dari anggota keluarga dari orang yang bekerja di Israel ketika serangan Hamas ke Israel terjadi (pada 7 Oktober 2023 lalu)," kata Montell.

Sejauh ini, kata Montell, lebih dari 400 keluarga dan teman dari orang yang dianggap hilang itu telah diurus oleh pihaknya.

Baca juga: Ribuan Orang Pro-Palestina di London Berunjuk Rasa Desak Diakhirinya Serangan Israel

Montell mengatakan pihaknya masih mencoba melacak orang-orang yang dinyatakan hilang tersebut.

Namun, panggilan telepon dari warga Gaza kini semakin jarang lantaran saluran komunikasi yang terputus.

Alhasil, Montell mengatakan pihaknya secara terus menerus mengirimkan nama-nama pekerja asal Gaza yang hilang ke pemerintah Israel.

"Militer Israel semestinya menginformasikan kepada kita dalam waktu 24 jam terkait siapa yang mereka tahan dan dimana lokasi penahanan tersebut."

"Namun bagi semua warga Gaza, mereka (militer Israel) mengatakan kepada kami bahwa mereka bukanlah pihak yang berhak untuk memberikan bantuan," katanya.

Di sisi lain, enam organisasi lokal termasuk HaMoked, membuat petisi kepada Mahkamah Agung Israel untuk mengungkap nama dan lokasi rincian pekerja Gaza yang diduga ditahan secara ilegal tersebut untuk mengetahui pasti kondisi mereka.

Pemerintah Palestina: 4.500 Pekerja Gaza Ditahan Militer Israel

Masih dikutip dari Aljazeera, Kementerian Pekerja Palestina mengungkapkan ada sekitar 4.500 pekerja yang belum ditemukan dan diyakini telah ditahan oleh pasukan Israel.

Media Israel, N12 melaporkan 4.000 warga Gaza tengah diinterograsi di fasilitas penahanan Israel atas kemungkinan keterlibatana dalam serangan pada 7 Oktober 2023 lalu.

Selain pekerja dari Gaza, organisasi bernama Masyarakat Tahanan Palestina mengungkapkan ada 1.450 warga Palestina di Tepi Barat yang juga ditahan sejak 7 Oktober 2023 lalu.

Baca juga: Gempuran Israel ke Gaza Makin Memuncak, Harga Minyak Mentah Melonjak 3 Persen

Kemudian, pada 18 Oktober 2023, parlemen Israel atau Knesset justru menyetujui rencana sementara terkait pencabutan hak tahanan Palestina atas sel seluas 4,5 meter agar diisi tahanan dua kali lebih banyak.

Sementara, menurut organisasi HAM Physicians for Human Rights Israel (PHRI), pihak berwenang turut memutus akses terhadap pasokan listrik dan air, memabtasi jumlah makanan per hari, membatasi tahanan di sel, dan mencegah akses ke klinik medis, serta membatasi kunjungan kuasa hukum dari tahanan dan pejabat lainnya.

Hingga kini, disebut sudah ada dua tahanan dinyatakan tewas saat ditahanan sejak perang terjadi.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved