Israel-Hamas: Rumah sakit di Gaza kehabisan kain kafan – ‘Bantuan yang datang ibarat setetes air di lautan‘
Saat pertikaian Israel dan Hamas memasuki pekan ketiga, para dokter di Gaza berjuang menyelamatkan para korban luka.
Peringatan: Artikel ini memuat konten yang mungkin membuat Anda merasa tidak nyaman.
Di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza, para dokter dan perawat kehabisan bahan untuk mengafani korban meninggal dunia yang terus bertambah.
Jenazah-jenazah tersebut ditumpuk di halaman luar rumah sakit. Para kerabat yang ditinggalkan mendaraskan doa dan tak jarang pula yang ambruk ke lantai sambil meratap dalam kesedihan.
Di dalam rumah sakit, para dokter berjuang untuk merawat korban luka dan menyelamatkan mereka yang terluka parah di tengah menipisnya persediaan obat-obatan dan perbekalan.
Seorang wartawan BBC Arabic menyaksikan betapa rumah sakit penuh dengan jenazah dan para dokter tergopoh-gopoh menyelesaikan tindakan untuk satu pasien kemudian berpindah ke pasien berikutnya.
Beberapa tayangan video dan foto keadaan rumah sakit pada Minggu (22/10) terlalu mengerikan untuk ditampilkan. Anak-anak - termasuk setidaknya dua bayi - termasuk di antara korban meninggal dunia.
Para pejabat dari Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas mengatakan lebih dari 100 orang tewas ketika Israel melancarkan serangan udara pada Minggu (22/10).
Militer Israel sengaja menargetkan area dekat rumah sakit
Militer Israel mengatakan kepada BBC bahwa mereka menargetkan daerah di dekat rumah sakit karena "berdasarkan informasi intelijen, terdapat seorang pemimpin Hamas di daerah yang berdekatan dengan rumah sakit". Pemimpin itu, klaim militer Israel, "memberi perintah untuk menembak ke arah Israel dari daerah tersebut".
Secara terpisah, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan aksi militer di Gaza "mungkin memakan waktu satu, dua atau tiga bulan, tetapi pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas".
Gallant berbicara setelah pengarahan operasional di Pusat Komando dan Kontrol Operasi Angkatan Udara Israel.
"Dalam aspek operasional manuver, pada akhirnya, tidak ada yang bisa menghentikan IDF (Pasukan Pertahanan Israel)", katanya.
"Ini harus menjadi operasi manuver terakhir kami di Gaza, dengan alasan sederhana bahwa setelah itu tidak akan ada lagi Hamas."
Gallant mengatakan operasi darat yang ditunggu-tunggu, "akan segera dilakukan".
Akan tetapi, seberapa cepat operasi tersebut masih belum jelas.
'Rumah sakit kehabisan kain kafan'
Sumber: BBC Indonesia
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.