Palestina: Israel siap serang Gaza melalui 'udara, laut dan darat', WHO sebut perintah pindahkan pasien layaknya 'hukuman mati'
Militer Israel merencanakan serangan melalui darat, udara dan laut, setelah sebelumnya memperingatkan 1,1 juta warga Palestina yang…
Lebih dari 338.000 warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi imbas dari gempuran serangan udara Israel yang menghancurkan tempat tinggal mereka, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kini muncul seruan untuk membuka jalur pasokan bantuan yang aman dan membangun koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan zona konflik, di mana banyak rumah telah dibom dan dihancurkan oleh serangan udara.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan pasokan makanan, bahan bakar dan air harus diperbolehkan menjangkau warga sipil di Gaza di tengah pemboman dan blokade Israel.
"Saat ini kita memerlukan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan," kata Antonio Guterres.
Sejak serangan Hamas pada akhir pekan lalu, Israel telah mengepung Gaza, memutus pasokan listrik, bahan bakar, makanan, barang dan air. Pasokan listrik utama di Gaza padam setelah satu-satunya pembangkit listrik di sana kehabisan bahan bakar.
Sebelumnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan ratusan ribu pasukannya sudah berada di dekat perbatasan jalur Gaza "siap melaksanakan misi yang telah diberikan".
IDF juga mengirim "pasukan infanteri, tentara bersenjata, korps artileri", ditambah 300.000 pasukan cadangan, dekat perbatasan Gaza.
Mereka "berada di dekat Jalur Gaza untuk bersiap-siap melaksanakan misi yang diperintahkan pemerintah Israel - dan ini untuk memastikan Hamas pada akhir perang ini, tidak akan memiliki kemampuan militer apa pun yang dapat digunakan untuk mengancam atau membunuh warga sipil Israel".
'Kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik'
Warga Gaza, Kamal Mashharawi, berbicara kepada BBC dari ruang bawah tanah yang menampung 45 orang.
"Ini sangat sulit - kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik," katanya.
Anak-anaknya terluka dan paru-parunya sakit. Kamal telah kehilangan beberapa anggota keluarganya tetapi tidak dapat menghubungi yang lain karena koneksi internet mati.
"Kami mencoba melakukan perjalanan darat ke supermarket terdekat tetapi tidak aman karena ledakan tersebut," katanya kepada program Newshour.
Melalui sambungan telepon, Kamal mengatakan jantungnya berdebar kencang ketika dia mempersiapkan diri untuk serangan berikutnya, sambil berpikir "apakah saya orang berikutnya?"
"Saya pikir warga sipil tidak pantas meninggal - mereka harusnya tidak terlibat dalam konflik ini," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.