Konflik Palestina Vs Israel
Israel dan Hizbullah Lebanon Saling Baku Tembak sementara Jalur Gaza Masih Terus Dibombardir
Israel terancam mendapat musuh baru, saat masih sibuk menggempur Gaza, terjadi baku tembak dengan Hizbullah Lebanon.
TRIBUNNEWS.COM - Israel menyatakan perbatasan utaranya dengan Lebanon sebagai zona militer tertutup setelah terjadi baku tembak dengan kelompok Hizbullah.
Dilansir Aljazeera, kekhawatiran adanya konflik baru dengan pihak lain muncul saat Israel masih tertus memborbardir Jalur Gaza.
Pada hari Minggu, Israel memperingatkan warga sipil untuk tidak mendekati perbatasan Lebanon dalam radius sekitar 4 km jika tidak mau ditembaki.
Pemerintah Israel juga meminta masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan, yang dipenuhi dengan kota-kota kecil dan desa-desa, untuk tinggal di dekat tempat penampungan.
Seruan itu diumumkan setelah satu orang tewas akibat serangan Hizbullah pada Minggu pagi, yang dibalas dengan tembakan artileri dari pihak Israel.
Kelompok politik dan militer Lebanon mengatakan serangan mereka dilakukan sebagai respons terhadap serangan Israel ke Lebanon sehari sebelumnya yang menewaskan dua warga sipil dan seorang juru kamera Reuters yang sedang mengambil gambar di dekat perbatasan.
Baca juga: Rudal dan Roket Kelompok Hizbullah Hantam Pos-pos Militer Israel di Perbatasan Lebanon
Israel mengatakan sedang menyelidiki soal tewasnya jurnalis Reuters Issam Abdallah.
Rekaman yang dirilis online menunjukkan Abdallah dan rekan-rekan lainnya ditembaki oleh proyektil yang diluncurkan dari Israel.
Langkah Israel pada hari Minggu ini menandai persiapan menghadapi kemungkinan Hizbullah membuka front kedua dan membantu pejuang Hamas di Jalur Gaza.
Di sisi lain, Israel juga menyerang bandara di Aleppo dan Damaskus, Suriah, sebagai upaya untuk mencegah Iran menggunakan Suriah untuk memasuki konflik.
Iran belum secara resmi mengancam untuk ikut perang namun mengatakan Israel akan menghadapi konsekuensi jika tidak menghentikan serangannya terhadap Gaza.
Kelompok militan Hamas menyerbu Israel dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pekan lalu, menewaskan sekitar 1.300 warga Israel dan menawan sekitar 150 orang.
Sejak itu, Israel terus menggempur Gaza, memutus pasokan air, listrik, dan internet.
Pasukan Israel tampaknya sedang mempersiapkan serangan darat, dan berjanji untuk meningkatkan perang meskipun serangan udaranya saja telah menewaskan sedikitnya 2.329 warga Palestina sejauh ini, termasuk 724 anak-anak.
Sementara di Lebanon awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian menyebut bahwa Hizbullah telah menyiapkan skenario jika Israel melancarkan serangannya ke Gaza.

Baca juga: Elon Musk Gratiskan Warga Israel Isi Daya Mobil Listrik di Tesla Supercharger Selama Perang
Dugaan penggunaan fosfor putih
Kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) mengatakan mereka telah memverifikasi rekaman yang diambil di Lebanon dan di Gaza masing-masing pada hari Selasa dan Rabu.
Rekaman itu menunjukkan beberapa penggunaan fosfor putih yang ditembakkan artileri di pelabuhan Kota Gaza dan dua lokasi pedesaan di sepanjang jalan perbatasan Israel-Lebanon.
Fosfor putih adalah bahan kimia mematikan yang mampu membakar kulit dan jaringan dalam manusia.
Fosfor putih dilarang digunakan di wilayah populasi sipil menurut konvensi PBB.
Siapa Hizbullah?
Mengutip Aljazeera, Hizbullah, yang berarti “Partai Tuhan”, adalah kelompok bersenjata dan politik Syiah yang didukung Iran.
Hizbullah dibentuk pada tahun 1982 untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan.
Kelompok ini muncul dari kelompok bersenjata yang dibentuk oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran setelah invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982.
Kelompok ini, yang mendapat dukungan dari kalangan Muslim Syiah, adalah salah satu musuh terbesar Israel di wilayah tersebut.

Pada tahun 2021, pemimpinnya, Hassan Nasrallah mengklaim Hizbullah memiliki 100.000 pejuang.
Kelompok ini membanggakan roket yang presisi dan mengatakan mereka dapat menyerang seluruh wilayah Israel.
Amerika Serikat memperkirakan Iran telah mengalokasikan ratusan juta dolar setiap tahunnya kepada Hizbullah dalam beberapa tahun terakhir.
Kelompok tersebut, yang dipimpin oleh Nasrallah sejak tahun 1992, adalah salah satu blok politik paling berpengaruh dalam sistem politik sektarian Lebanon, dan mendapat dukungan dari sebagian besar penduduk Syiah.
Kelompok ini sering dijuluki “negara di dalam negara” karena jaringan politik dan militernya yang luas yang didirikan di negara yang terbagi berdasarkan sektarian.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.