Selasa, 30 September 2025

Populasi di Jepang Semakin Memprihatinkan, 1 dari 10 Orang Berusia 80 Tahun ke Atas

Jepang mencatat untuk pertama kalinya satu dari 10 orang di Negeri Sakura ini berusia 80 tahun ke atas.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nuryanti
Charly TRIBALLEAU / AFP
Seorang wanita lanjut usia berjalan melalui pasar jalanan di kawasan Tsukiji Tokyo pada 22 April 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Data nasional Jepang mencatat, satu dari 10 orang di negaranya berusia 80 tahun ke atas.

Selain itu, 29,1 persen dari 125 juta penduduk Jepang berusia 65 tahun ke atas dan menjadikan rekor terbaru di negara tersebut.

Jepang saat ini telah menjadi negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia.

Tak hanya itu, Jepang juga telah lama berjuang untuk memenuhi kebutuhan penduduk lanjut usia.

PBB mencatat, Jepang mempunyai populasi tertua di dunia, diukur berdasarkan proporsi penduduk berusia 65 tahun ke atas.

Dikutip dari BBC, proporsi tersebut mencapai 24,5 persen di Italia dan 23,6 persen di Finlandia, yang masing-masing menempati peringkat kedua dan ketiga.

Baca juga: Mampukah Jepang Memperlambat Penyusutan Populasi?

Menurut Institut Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional Jepang, mereka yang berusia di atas 65 tahun diperkirakan akan menyentuh angka 34,8 persen di tahun 2040.

Tingkat pekerjaan lansia di negara ini termasuk yang tertinggi di antara negara-negara besar lainnya.

Angka kerja nasional di negara ini lebih dari 13 persen pekerja berusia 65 tahun ke atas.

Namun hal ini tidak banyak meringankan beban belanja jaminan sosial negara.

Jepang telah menyetujui anggaran tertinggi untuk tahun fiskal berikutnya, sebagian karena meningkatnya biaya jaminan sosial.

Baca juga: Jepang: Populasi Merosot, Jumlah Migran Meningkat Drastis

Upaya untuk meningkatkan angka kelahiran juga tidak membuahkan hasil di tengah meningkatnya biaya hidup dan jam kerja yang sangat panjang.

Meski banyak negara mengalami tingkat kelahiran yang melambat, namun permasalahan ini sangat akut di Jepang.

Diperkirakan kurang dari 800.000 bayi yang lahir tahun lalu, dan menjadikannya jumlah terendah sejak pencatatan dimulai pada abad ke-19.

Di tahun 70an, angkanya mencapai lebih dari dua juta kelahiran.

"Jepang berada di ambang pertanyaan apakah kita dapat terus berfungsi sebagai masyarakat," kata Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida pada Januari lalu.

"(Kami) memfokuskan perhatian pada kebijakan mengenai anak-anak dan pengasuhan anak adalah isu yang tidak bisa ditunda dan tidak bisa ditunda," lanjutnya.

Baca juga: Populasi Penduduk Jepang Merosot di Tengah Meningkatnya Jumlah Warga Asing

Mengalami Penurunan Populasi

Hasil grafik tingkat popularitas PM Jepang Fumio Kishida sampai dengan 15 September 2023 dari survei Yomiuri Shimbun.
Hasil grafik tingkat popularitas PM Jepang Fumio Kishida sampai dengan 15 September 2023 dari survei Yomiuri Shimbun. (Dokumentasi Foto Yomiuri)

Populasi Jepang menurun di seluruh 47 prefekturnya untuk pertama kalinya dalam rekor penurunan pada bulan Juli lalu.

Sementara itu, jumlah penduduk asing yang berada di Jepang mencapai titik tertinggi baru, mencapai tiga juta orang.

Populasi warga negara Jepang turun sekitar 800.000 orang, atau 0,65 persen, menjadi 122,4 juta pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca juga: Populasi Turun Besar-besaran, China Pusing Angka Kelahiran Anjlok dan Masyarakatnya Kian Menua

Dikutip dari AP News, total populasi Jepang adalah 125,41 juta jiwa, turun hanya setengah juta jiwa dibandingkan tahun sebelumnya.

Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi mengatakan, terjadi peningkatan sebesar 10,7 persen pada jumlah penduduk asing yang alamatnya terdaftar di Jepang.

Peningkatan jumlah penduduk asing di Jepang merupakan peningkatan terbesar dari tahun ke tahun sejak kementerian mulai melakukan statistik pada tahun 2013.

Penduduk asing kini berjumlah sekitar 2,4 persen dari populasi Jepang, kata kementerian tersebut.

Setelah mencapai puncaknya pada tahun 2008, populasi Jepang terus menyusut karena menurunnya angka kelahiran.

Baca juga: Populasi Hong Kong Naik Jadi 7,5 Juta Mendekati Level pada 2019

Negara ini mencatat rekor terendah yaitu 771.801 kelahiran pada tahun lalu.

Bahkan, Perdana Menteri Fumio Kishida berjanji untuk mendapatkan pendanaan tahunan sebesar $25,2 miliar atau sekitar Rp2,6 triliun selama tiga tahun ke depan untuk paket penitipan anak baru.

Paket ini mencakup kelahiran dan membesarkan anak, tunjangan dan peningkatan subsidi untuk pendidikan tinggi.

Pada bulan Juni 2023, Kabinet Kishida menyetujui rencana untuk memperluas cakupan kategori pekerjaan yang diperbolehkan bagi pekerja asing.

Para ahli mengatakan, usulan langkah-langkah angka kelahiran rendah sebagian besar merupakan pendanaan tambahan untuk langkah-langkah yang sudah ada dan tidak mengatasi masalah mendasar.

Baca juga: Tingkat Populasi Anjlok, China Luncurkan Proyek Pernikahan Era Baru dan Budaya Melahirkan

Mereka juga mengatakan bahwa pemerintah konservatif Jepang perlu berbuat lebih banyak untuk menaikkan gaji, memperbaiki kondisi kerja, dan membuat masyarakat lebih inklusif bagi kelompok minoritas.

Selain itu, pemerintah juga meminta bagi mereka yang berasal dari luar Jepang untuk menarik pekerja asing agar pindah ke Jepang dan tinggal di sana.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan