Rusia: Ancaman, hinaan, dan 'robot' Kremlin - Bagaimana diplomasi Rusia mati di bawah Putin
Diplomasi Rusia sekarang bukan lagi tentang kerja sama melainkan bagaimana "menjatuhkan Barat", kata seorang mantan pejabat Kremlin.
"Itu mengerikan," kata Bondarev. "Orang-orang Amerika berkata, 'Mari kita bernegosiasi.' Dan sebaliknya Ryabkov mulai berteriak, 'Kami butuh Ukraina! Kami tidak akan pergi tanpa Ukraina! Ambil semua barangmu dan kembali ke perbatasan [NATO] 1997!" Sherman adalah seorang wanita perkasa, tapi saya rasa bahkan dia terperanjak ketika menghadapi ini.
"Dahulu [Ryabkov] selalu sangat sopan dan sangat enak diajak bicara. Dan sekarang dia menggebrak-gebrak meja dan bicara nonsens."
Perlu dicatat bahwa, dalam beberapa tahun terakhir, nada diplomatik juga telah berubah di negara-negara lain, meskipun dalam skala yang lebih kecil.
Beberapa tahun sebelumnya, perwakilan Jepang untuk hak asasi manusia di PBB, Hideaki Ueda, meminta keloga-koleganya dari negara asing untuk "tutup mulut" dalam sebuah pertemuan.
Gavin Williamson menggunakan kata-kata yang sama terhadap Rusia ketika dia menjabat menteri pertahanan Inggris. Dan duta besar Ukraina untuk Jerman, Andriy Melnyk, tahun lalu menyebut Kanselir Jerman Olaf Scholz sebagai "sosis liver yang mudah tersinggung".
AS tidak bisa mengakhiri perang Ukraina begitu saja
Setelah satu setengah tahun perang, apakah ada harapan bahwa diplomasi dapat membantu mengakhiri pertempuran?
Sebagian besar orang yang berbicara dengan BBC berpikir itu sangat tidak mungkin. Biasanya, 95% pekerjaan diplomat adalah "pertemuan tidak resmi dan minum kopi", jelas Bondarev. Kontak semacam itu telah menjadi sangat jarang, ujarnya — tidak banyak yang bisa dibicarakan.
Duta Besar Kelin sudah dilarang memasuki Parlemen Inggris. Pada satu momen, katanya, kedutaan Rusia di London hampir dibiarkan tanpa gas dan listrik, dan perusahaan asuransi menolak untuk mengasuransikan mobil dubes.
Cepat atau lambat, dialog harus terjadi, kata analis lembaga kajian RAND, Samuel Charap. Satu-satunya alternatif untuk negosiasi adalah "kemenangan mutlak", dan tidak mungkin Kyiv atau Moskow dapat mencapai ini di medan perang, menurutnya.
Tapi dia juga tidak memperkirakan pembicaraan akan segera terjadi. "Putin telah berubah cukup dramatis selama masa jabatannya," katanya. "Dan terus terang, saya tidak tahu apakah dia akan bersedia untuk dialog."
Otoritas Ukraina mengeluh bahwa Rusia sekali lagi menawarkan ultimatum alih-alih kompromi, misalnya menuntut agar Ukraina menerima aneksasi wilayah pendudukan. Kyiv tidak berniat untuk bernegosiasi dalam kondisi seperti itu, dan sekutu-sekutu Baratnya secara terbuka mendukung keputusan ini.
Rusia tampaknya sudah mantap untuk mengandalkan mesin militer, dinas intelijen, dan kekuatan geo-ekonomi untuk mendapatkan pengaruh — bukan diplomasi.
Dalam keadaan yang menyedihkan ini, mengapa banyak diplomat Rusia tidak memilih untuk mengundurkan diri dari dinas luar negeri sama sekali?
"Ini masalah bagi semua orang yang telah terjebak di posisi mereka selama 10 hingga 20 tahun," kata seorang mantan karyawan Kremlin kepada BBC. "Tidak ada kehidupan lain untukmu. Mengerikan."
Bondarev, mantan diplomat, dapat memahami hal itu. "Kalau bukan karena perang, saya mungkin akan tinggal dan bertahan," katanya.
"Pekerjaannya tidak terlalu buruk. Anda duduk, menderita sedikit, dan di sore hari Anda bisa pulang."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.