Sabtu, 4 Oktober 2025

Rusia: Ancaman, hinaan, dan 'robot' Kremlin - Bagaimana diplomasi Rusia mati di bawah Putin

Diplomasi Rusia sekarang bukan lagi tentang kerja sama melainkan bagaimana "menjatuhkan Barat", kata seorang mantan pejabat Kremlin.

BBC Indonesia
Rusia: Ancaman, hinaan, dan 'robot' Kremlin - Bagaimana diplomasi Rusia mati di bawah Putin 

Barangkali sekarang sulit dibayangkan, tapi Putin sendiri pernah berkata kepada BBC pada tahun 2000 bahwa "Rusia siap untuk bekerja sama dengan NATO ... sampai bergabung dengan aliansi tersebut".

"Saya tidak bisa membayangkan negara saya terisolasi dari Eropa," imbuhnya.

Saat itu, pada awal masa kepresidenannya, Putin sangat bersemangat untuk membangun hubungan dengan Barat, kata seorang mantan pejabat senior Kremlin kepada BBC.

Para diplomat Rusia adalah bagian penting dari tim Putin, membantu menyelesaikan sengketa teritorial dengan China dan Norwegia, memimpin diskusi tentang kerja sama yang lebih dalam dengan negara-negara Eropa, serta memastikan transisi damai setelah revolusi di Georgia.

Tapi setelah Putin menjadi lebih berkuasa dan berpengalaman, dia menjadi semakin yakin bahwa dia punya semua jawaban dan bahwa diplomat tidak diperlukan, kata Alexander Gabuev, direktur Carnegie Russia Eurasia Center, yang tinggal di Berlin dalam pengasingan.

Sinyal pertama bahwa Perang Dingin baru akan dimulai muncul pada tahun 2007 dengan pidato Putin di Konferensi Keamanan Munich.

Dalam pidato 30 menit penuh kecaman, dia menuduh negara-negara Barat berusaha membangun dunia unipolar. Para diplomat Rusia mengikuti jejaknya. Setahun kemudian, ketika Rusia menginvasi Georgia, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dilaporkan berkata kasar kepada sejawatnya dari Inggris, David Miliband, bertanya: "Siapa Anda sehingga berhak menguliahi saya?"

Para pejabat Barat waktu itu masih berpikir mereka perlu berusaha bekerja sama dengan Rusia. Pada 2009, Lavrov dan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menekan tombol "reset" dalam hubungan kedua negara, dan tampaknya membangun kerja sama - terutama pada masalah keamanan.

Tapi segera menjadi jelas bagi para pejabat AS bahwa sejawat-sejawat Rusia mereka hanya membeo pandangan Putin yang semakin anti-Barat, kata Ben Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional untuk mantan Presiden AS Barack Obama.

Rhodes ingat Presiden Obama pernah sarapan bersama dengan Putin pada tahun 2009, diiringi oleh musik orkestra. Dia berkata bahwa Putin lebih tertarik untuk menyampaikan pandangannya sendiri tentang dunia daripada membahas kerja sama, dan bahwa sang pemimpin Rusia menyalahkan pendahulu Obama, George W Bush, karena mengkhianati Rusia.

Saat peristiwa Arab Spring, keterlibatan AS di Libia, dan unjuk rasa di jalanan Rusia berlangsung pada 2011 dan 2012, Putin memutuskan bahwa diplomasi tidak akan membawanya ke mana-mana, kata Rhodes.

"Pada isu-isu tertentu - Ukraina khususnya - saya tidak merasa bahwa [diplomat] memberi pengaruh sama sekali," kata Rhodes.

Sebagai contoh, ketika menteri luar negeri Sergei Lavrov diangkat hampir 20 tahun yang lalu, dia memiliki "perspektif internasional dan posisinya sendiri", kata seorang mantan pejabat senior Kremlin kepada BBC.

Kremlin biasa berkonsultasi dengannya bahkan ketika tahu dia mungkin menganut pandangan yang berbeda dengan Putin, kata Gabuev.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved