Konflik Rusia Vs Ukraina
Eks-Analis CIA: Presiden Zelensky Terancam Dikudeta Militer Ukraina Empat Minggu ke Depan
Johnson bukanlah analis pertama dari Amerika yang berspekulasi mengenai kemungkinan terjadinya kudeta militer terhadap Zelensky.
Dari kacamata Barat, khususnya Amerika Serikat sebagai 'ketua kelas', Ukraina adalah pion yang bisa menguras energi Rusia hingga ke titik warganya muak atas kepemimpinan Vladimir Putin dan memicu pergantian kepemimpinan di Moskow.
"Strategi AS dalam konflik ini adalah menjebak Rusia dalam perang yang tidak dapat dimenangkan dan mendorong pergantian rezim di Moskow," menurut Johnson.
"Sebaliknya, hal ini (juga) akan terjadi pada Ukraina, dan Washington harus mencari cara untuk “mundur” dari konflik tersebut, karena mereka terlalu meremehkan kekuatan ekonomi dan militer Rusia," kata Johnson.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov punya analisis serupa soal kesetiaan negara-negara Barat yang cenderung hipokrit, manis saat berjanji namun cenderung mengkhianati.
Dalam sebuah wawancara, Sergey Lavrov mengatakan kalau negara-negara Barat yang mendukung Ukraina secara terbuka berkomitmen untuk berjuang sampai titik darah penghabisan Ukraina.
"Namun (negara-negara Barat) memiliki sejarah meninggalkan sekutu dan proksi mereka, mulai dari Vietnam Selatan hingga Kerajaan Ashraf Ghani, rezim di Afghanistan pada tahun 2021,” kata Lavrov.

Zelensky Minta Dana Barat Buat Pemilu Ukraina
Dihadapkan pada kekhawatiran negara-negara Barat mengenai legitimasinya jika ia membatalkan pemilihan presiden tahun 2024, Presiden Zelensky dilaporkan sudah mengusulkan untuk mengadakan pemungutan suara.
Namun, Zelensky meminta pendanaan dari Barat untuk melakukan Pemilu Ukraina.
Pemimpin Ukraina itu juga menyuarakan kekhawatirannya bahwa ia mungkin akan ditinggalkan oleh negara-negara Barat jika Ukraina bertindak terlalu jauh dalam menyerang Rusia.
Ajudannya, Mikhail Podolyak, berpendapat bahwa AS dan sekutunya telah memberikan restu mereka atas serangan terhadap “wilayah pendudukan” – yaitu Krimea, Donetsk, Lugansk, Zaporozhye, dan Kherson.
Sejak Krimea memilih untuk bergabung kembali dengan Rusia pada tahun 2014 dan keempat wilayah tersebut melakukan hal yang sama pada bulan September lalu, Moskow menganggap wilayah tersebut tidak kalah dari wilayah lain Rusia dibandingkan Belgorod atau Kursk, yang juga telah menjadi sasaran Ukraina.
(oln/*/RT)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.