Konflik Rusia Vs Ukraina
Erdogan Desak Putin Tidak Menambah Ketegangan, Sebut Turki Berupaya Pulihkan Kesepakatan Laut Hitam
Erdogan mendesak Vladimir Putin untuk tidak meningkatkan ketegangan lebih lanjut.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (2/8/2023).
Melalui panggilan telepon, Erdogan mendesak Vladimir Putin untuk tidak meningkatkan ketegangan lebih lanjut.
Desakan Erdogan itu terkait Moskow yang menyerang fasilitas penting untuk pengiriman biji-bijian dari Ukraina.
Erdogan diketahui sebagai pemain kunci dalam kesepakatan yang memungkinkan pengiriman biji-bijian Ukraina dengan aman di Laut Hitam.
Selain itu, Erdogan telah memposisikan dirinya sebagai perantara dalam konflik tersebut.
"Tidak ada langkah yang harus diambil yang akan meningkatkan ketegangan dalam perang Rusia-Ukraina," kata Erdogan dalam pernyataannya, Rabu, dilansir Arab News.
Baca juga: Perang Panjang Rusia-Ukraina, Zelensky: Vladimir Putin Tak akan Hidup 30 Tahun Lagi
Erdogan pun menekankan pentingnya kesepakatan biji-bijian yang dia sebut sebagai 'jembatan untuk perdamaian'.
Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa penonaktifan jangka panjang dari kesepakatan biji-bijian tidak akan menguntungkan siapa pun.
Menurutnya, negara-negara yang membutuhkan akan menderita.
Erdogan juga mengatakan harga gandum yang turun 23 persen saat perjanjian itu berlaku, naik 15 persen selama dua minggu terakhir.
Diberitakan The New York Times, Erdogan mengatakan Turki sedang bekerja untuk memulihkan kesepakatan Laut Hitam.
Hal ini untuk membantu menengahi konflik tersebut bersama PBB.
"Turki akan melanjutkan upaya intensnya untuk mengembalikan kesepakatan biji-bijian."
"Langkah-langkah yang akan meningkatkan ketegangan dalam perang antara Rusia dan Ukraina harus dihindari," jelas Erdogan, Rabu.
Baca juga: Vladimir Putin Hadiri Hari Angkatan Laut Rusia di St. Peterburg: Kami akan Dapat 30 Kapal Baru

Pernyataan Kremlin
Sementara itu, Kremlin mengulangi posisinya bahwa akan bersedia untuk bergabung kembali dengan perjanjian tersebut jika persyaratannya terpenuhi.
Pernyataan Kremlin itu menandakan bahwa pendiriannya tidak berubah sejak kesepakatan dihentikan.
Keputusan Rusia menghentikan ekspor Ukraina yang diizinkan berdasarkan kesepakatan itu menyebabkan harga gandum global sempat naik.
Karena Ukraina adalah produsen utama biji-bijian dan bahan makanan lainnya, perjanjian tersebut telah membantu menjaga harga pangan global tetap stabil dan mengurangi salah satu dampak dari invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
Kesepakatan yang ditengahi oleh Turki dan PBB, memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian melalui pelabuhan Laut Hitamnya, tetapi berakhir bulan lalu setelah Moskow mundur.
Baca juga: Rutin Hubungi Komandan Militer, Vladimir Putin Ungkap Perannya di Perang Rusia-Ukraina
Ukraina mengatakan Rusia telah menyerang infrastruktur pelabuhan di wilayah selatan Ukraina Odesa.
Serangan itu menargetkan fasilitas yang digunakan untuk mengekspor biji-bijian sejak runtuhnya kesepakatan yang memungkinkan pengiriman dari Laut Hitam.
Akibat serangan itu, lift biji-bijian, lumbung biji-bijian, dan gudang rusak atau hancur.
Sebagai informasi, Angkatan Laut Rusia menguasai Laut Hitam, yang dilalui sebagian besar ekspor biji-bijian Ukraina, memberikan pengaruh yang cukup besar dalam setiap pembicaraan mengenai dimulainya kembali kesepakatan.
Moskow juga memperingatkan akan mempertimbangkan setiap kapal yang mendekati salah satu pelabuhan Laut Hitam Ukraina berpotensi membawa kargo militer.
Baca juga: Putin Tegaskan Rusia Tak Menolak Pembicaraan dengan Ukraina, Sebut Kyiv Selalu Menyerang

Moskow mengatakan, sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutu Ukraina di Eropa membatasi kemampuannya untuk menjual produk pertaniannya.
Tuntutan Rusia yakni untuk dimulainya kembali kesepakatan termasuk mengizinkan bank pertaniannya mengakses sistem perbankan SWIFT internasional, yang akan memfasilitasi biji-bijiannya sendiri dan ekspor lainnya.
Namun, Kremlin mengatakan ada kurangnya kemajuan dalam memenuhi persyaratannya.
Ini menegaskan kembali kesediaan pemerintah untuk memasok gandum secara gratis ke beberapa negara di Afrika di mana krisis kelaparan telah diperburuk oleh keputusan Rusia.
Baca juga: Putin Klaim NATO Tolak Dialog dengan Rusia: Semua Perbedaan Harus Diselesaikan di Meja Perundingan
Adapun Erdogan telah mempertahankan hubungan dekat dengan Putin sejak invasi Rusia.
Beberapa analis mengatakan kunjungan pemimpin Rusia ke Turki dapat menjadi kunci untuk dimulainya kembali kesepakatan.
Turki mengatakan Putin akan mengunjungi Erdogan, tanpa menentukan kerangka waktunya.
Sementara, Kremlin hanya berbicara tentang persiapan untuk kemungkinan pertemuan antara para pemimpin.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.