Sabtu, 4 Oktober 2025

Suhu panas: Mengapa gelombang panas 'menakutkan' disebut PBB telah memasuki 'normal baru'?

Suhu ekstrem yang melanda dunia pada pekan ini merupakan situasi 'normal baru' di dunia yang dihangatkan oleh perubahan iklim, kata…

Suhu ekstrem yang melanda dunia pada pekan ini merupakan situasi normal baru di dunia yang dihangatkan oleh perubahan iklim, kata badan cuaca PBB.

Suhu mencapai lebih dari 50C di beberapa bagian AS dan China pada hari Minggu.

Organisasi Meteorologi Dunia memperingatkan gelombang panas di Eropa dapat berlanjut hingga Agustus.

Jutaan orang di seluruh dunia sudah diperingatkan ancaman bahaya gelombang panas bagi kehidupan.

Waktu malam di Eropa dan AS diperkirakan tidak akan memberikan bantuan yang meluas karena suhu tetap di atas 30C di beberapa tempat, termasuk Arizona atau Spanyol selatan.

Berikut kenaikan suhu panas ekstrem di beberapa wilayah dunia:

  • Di kawasan Death Valley di California mencapai 53,9C pada hari Minggu. Suhu terpanas yang pernah tercatat di Bumi adalah 56,7C.
  • China untuk sementara memecahkan rekor suhu tertinggi sepanjang masa pada hari Minggu ketika mencapai 52,2C di wilayah Xinjiang barat, menurut Kantor Meteorologi Inggris.
  • Suhu di Spanyol selatan pada hari Senin memuncak pada 46C. Suhu panas diperkirakan akan meningkat di Italia, dan suhu 46C diperkirakan terjadi di Sardinia. Wilayah Eropa Timur juga diprediksi akan semakin panas.

Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim membuat gelombang panas lebih lama, lebih intens, dan lebih sering.

"Cuaca ekstrem - kejadian yang semakin kerap terjadi dalam iklim bumi yang makin hangat - berdampak besar pada kesehatan manusia, ekosistem, ekonomi, pertanian, energi, dan persediaan air," kata Sekretaris Jenderal Organisasi Meterologi Dunia, Prof. Petteri Taalas.

"Kita harus meningkatkan upaya untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan apa yang sayangnya menjadi 'normal baru'," tambahnya.

Hal ini menggarisbawahi mendesaknya upaya pemotongan emisi gas rumah kaca secepat dan sedalam mungkin, sarannya.

'Kita tidak berada dalam iklim yang stabil'

Ilmuwan Inggris, Dr. Frederieke Otto, dari Imperial College London, mengatakan kepada BBC bahwa "apa yang kita lihat saat ini persis seperti yang kita harapkan di dunia di mana kita masih menggunakan bahan bakar fosil".

Manusia "100% di belakang" tren kenaikan suhu global, jelasnya.

Dunia telah menghangat 1,1C sejak Revolusi Industri ketika manusia mulai membakar bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas yang melepaskan karbon dioksida ke atmosfer.

Dr. Otto mengatakan kita tidak tahu seperti apa normal baru itu karena "kita tidak berada dalam iklim yang stabil".

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved