Sabtu, 4 Oktober 2025

Kisah di balik foto burung mati dengan perut penuh benda plastik yang memantik perubahan

Foto Chris Jordan dari tahun 2009 yang menampilkan bangkai burung albatros dengan perut penuh sampah plastik mampu memantik perubahan…

Foto Chris Jordan dari tahun 2009 yang menampilkan bangkai burung albatros dengan perut penuh sampah plastik berhasil memantik perubahan yang berdampak sampai sekarang.

Penulis BBC Future, Anna Turns menjelaskan bagaimana foto itu mengubah respons kita terhadap krisis sampah plastik.

Pada September 2009, ketika fotografer Chris Jordan pertama kali tiba di Midway Atoll, pulau kecil di tengah Samudra Pasifik untuk mendokumentasikan skala limbah laut yang "luar biasa", dia mungkin tidak menyadari bahwa karyanya akan menjadi viral dan mengubah respons dunia terhadap krisis plastik.

Sebelum itu, Jordan telah mengambil foto tumpukan-tumpukan sampah yang menjulang tinggi. Tetapi dia berupaya mencari cara yang lebih menyentuh untuk menyoroti skala konsumsi plastik yang berlebihan.

Begitu mendengar tentang sebuah pulau berjarak 2.100 km dari Honolulu yang dipenuhi ribuan burung mati, semuanya dengan perut penuh dengan sampah plastik sehari-hari seperti tutup botol dan sikat gigi, "Saya langsung tertarik untuk pergi," katanya.

Dia bertekad untuk "menemukan cara memotret [burung-burung ini] dengan menghormati skala tragedi lingkungan ini".

Jordan bukanlah fotografer pertama yang mengabadikan dampak krisis plastik terhadap populasi burung laut albatros Midway.

Foto pertama yang diketahui terkait ini diambil oleh para peneliti AS pada tahun 1966 dan diterbitkan pada tahun 1969, kata Wayne Sentman, seorang ahli biologi dan presiden dewan organisasi Friends of Midway Atoll.

Menurut Sentman, menelan plastik cenderung "berdampak buruk" bagi albatros karena fragmen plastik dapat menusuk dinding usus atau menyebabkan dehidrasi, sedangkan logam berat dan bahan kimia lainnya bisa larut dan mematikan bagi burung.

Ketika Jordan mengetahui foto-foto sebelumnya diambil di Midway, dia berusaha menghadirkan sisi yang lebih emosional pada karyanya.

Dia menyamakan proses pemotretan burung mati ini dengan "ritual duka".

"Ketika kita menata benda-benda suci di atas altar, kita melakukannya dengan cara yang natural, dengan simetri dan keseimbangan dan kita menghabiskan banyak waktu untuk itu sampai semuanya menyatu," kata Jordan.

Dia memilih menggunakan diffuser – bahan putih yang dibentangkan untuk menyebarkan cahaya terang saat memotret – demi menciptakan cahaya yang lebih lembut "sehingga membantu memberikan kesan foto yang sedikit lebih dalam".

Ketika Jordan kembali ke Seattle, dia mengira telah menyelesaikan proyek ini.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved