Jepang: Kekhawatiran dan kemarahan terhadap rencana buang air limbah nuklir ke laut
Jepang ingin membuang air limbah dari PLTN Fukushima ke lautan — dan banyak orang tidak senang.
Ribuan orang mengikuti unjuk rasa di Seoul menuntut tindakan pemerintah, seiring beberapa pembeli yang khawatir akan gangguan pada pasokan makanan telah menimbun garam dan kebutuhan lainnya.
Sebagai tanggapan, parlemen Korea Selatan pekan lalu mengeluarkan resolusi yang menentang rencana pembuangan air limbah - meskipun tidak jelas apa dampaknya pada keputusan Jepang.
Para pejabat juga meluncurkan "pemeriksaan intensif" terhadap makanan laut, dan tetap berpegang pada larangan impor makanan laut Jepang dari daerah di sekitar pabrik Fukushima.
Untuk meredakan ketakutan publik, Perdana Menteri Han Duck-soo mengatakan dia bersedia minum air dari Fukushima untuk menunjukkan bahwa itu aman, sementara seorang pejabat mengatakan pekan lalu bahwa hanya sebagian kecil dari air limbah yang dibuang akan berakhir di perairan Korea.
Di tempat lain di kawasan, beberapa negara kepulauan juga telah menyatakan kekhawatiran, dengan kelompok regional Forum Kepulauan Pasifik menyebut rencana itu sebagai "bencana kontaminasi nuklir besar".
Bagaimana tanggapan Jepang?
Pihak berwenang Jepang dan Tepco telah berusaha meyakinkan para penentang dengan menjelaskan sains di balik proses pengolahan limbah, dan mereka akan terus melakukannya dengan "tingkat transparansi yang tinggi", janji perdana menteri Fumio Kishida pada hari Selasa.
Dalam materi yang dipublikasikan di situs web kementerian luar negerinya, Jepang juga menunjukkan bahwa pembangkit nuklir lain di kawasan - terutama China - mengeluarkan air dengan kadar tritium yang jauh lebih tinggi.
BBC dapat memverifikasi beberapa angka ini dengan data yang tersedia secara publik dari pembangkit nuklir China.
Tetapi pembenaran terbesar mungkin terletak pada laporan IAEA, yang dirilis oleh kepala badan tersebut Rafael Grossi saat berkunjung ke Jepang.
Laporan itu, yang dirilis setelah investigasi selama dua tahun, menemukan bahwa Tepco dan pihak berwenang Jepang memenuhi standar keselamatan internasional pada berbagai aspek termasuk fasilitas, inspeksi serta penegakan hukum, pemantauan lingkungan, dan penilaian radioaktivitas.
Pada Selasa (04/07), Grossi mengatakan rencana tersebut akan memberi "dampak radiologis yang dapat diabaikan pada manusia dan lingkungan".
Dengan pengawas nuklir dunia memberikan stempel persetujuannya, Jepang dapat mulai membuang air dari Fukushima pada awal Agustus, menurut beberapa laporan - menyiapkan panggung untuk pertikaian intensif dengan para penentangnya.
Laporan tambahan oleh Yuna Kim dan Chika Nakayama.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.