Redam Amukan Massa, Pemerintah Prancis Terapkan Jam Malam hingga Kerahkan 40.000 Polisi
Macron kini mulai memperketat keamanan di sejumlah kota termasuk memberlakukan jam malam hingga menerjunkan 40.000 polisi.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sanusi
Zakaria ABDELKAFI/AFP
Petugas pemadam kebakaran bekerja untuk memadamkan benda-benda yang terbakar di jalan setelah demonstrasi di Nanterre, sebelah barat Paris, pada 27 Juni 2023, setelah polisi Prancis membunuh seorang remaja yang menolak berhenti untuk pemeriksaan lalu lintas di kota.
Remaja berusia 17 tahun itu berada di pinggiran kota Paris pada 27 Juni ketika polisi menembaknya hingga tewas setelah dia melanggar aturan lalu lintas dan gagal berhenti, kata jaksa penuntut. Peristiwa tersebut telah memicu ekspresi kaget dan pertanyaan atas kesiapan aparat keamanan untuk menarik pelatuknya.
"Kami muak diperlakukan seperti ini. Ini untuk Nahel, kami Nahel," kata dua pemuda yang menyebut diri mereka "Avengers".
Lebih lanjut, kerusuhan yang terjadi selama beberapa hari di Prancis menjadi sinyal kegagalan Macron dalam mengatasi krisis tatanan sipil lainnya seperti terorisme, rompi kuning, protes sayap kiri atas pensiun.
Menyadari bahwa posisinya tidak aman, Macron dengan cepat dan tegas mendukung keluarga Nahel M yang berusia 17 tahun, ia menyebut penembakannya oleh polisi tidak dapat dimaafkan.
Baca Juga
Aksi 6 Prajurit TNI Evakuasi Guru dan Warga Terjebak Kerusuhan di Distrik Elelim Papua Pegunungan |
![]() |
---|
Petugas ATC Bandara Tertidur, Pesawat Berputar-putar di Udara Selama Sejam |
![]() |
---|
Hasil Kejuaraan Dunia Voli Putra 2025 Hari Ini: Drama 7 Deuce Filipina vs Iran, Prancis Tersingkir |
![]() |
---|
Update Pengejaran Riza Chalid, Polri Telah Kirim Permintaan Red Notice Kejagung ke Markas Interpol |
![]() |
---|
Dugaan Rasisme Berujung Kerusuhan di Yalimo Papua: 30 Kios & Rumah Terbakar, 200 Warga Mengungsi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.