Jumat, 3 Oktober 2025

Berkunjung ke Mesa, kota pertama di Amerika Serikat yang ramah autisme

Liburan bisa membuat stres bagi orang-orang dengan 'neurodiversitas', tetapi di Mesa, Arizona, AS, keadaan itu menjadi lebih inklusif…

Liburan bisa membuat stres bagi orang-orang dengan neurodiversitas, tetapi di Mesa, Arizona, AS, keadaan itu menjadi lebih inklusif sehingga semua orang dapat menikmati manfaat perjalanan.

Ketika sedang berlibur bersama keluarga pada 2018, Marc Garcia terkejut dengan ekspresi aneh dan ketidaksabaran para staf perhotelan ketika menghadapi putranya yang autis.

Sebagai CEO dan presiden biro pariwisata Visit Mesa di Arizona, dia bersumpah memastikan para pelancong neurodiverse (orang yang punya cara berpikir dan merasa yang berbeda) yang mengunjungi kotanya akan mendapatkan pengalaman yang lebih baik daripada yang dialami keluarganya saat berlibur itu.

Nyatanya, perjalanan bisa sangat menegangkan bagi mereka yang mengalami gangguan pada saraf, sehingga 87% keluarga-keluarga dengan anggota keluarga yang autis tidak bisa berlibur, menurut survei oleh Autism Travel, yang merupakan bagian dari International Board of Credentialing and Continuing Education Standards (IBCCES).

Banyaknya 'gangguan' dalam perjalanan seperti suara keras, perubahan pola makan, dan gangguan rutinitas dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ledakan emosi, jika tidak dikelola dan ditangani dengan baik.

Akan tetapi kota-kota seperti Mesa akhirnya menerapkan pelatihan-pelatihan dan peralatan aksesibilitas sehingga semua orang dapat menikmati perjalanan.

Sebagai langkah awal, Garcia mengusahakan agar seluruh biro pariwisata dilatih dan disertifikasi oleh IBCCES, yang bertugas untuk memberikan pelatihan dan sertifikasi gangguan kognitif kepada para profesional. Tujuannya, agar mereka dapat lebih siap berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki keragaman saraf di lingkungan yang berbeda.

Untuk bisnis seperti hotel, restoran, dan objek wisata, artinya staf yang langsung berhadapan dengan publik dilatih untuk memahami apa itu autisme, bagaimana berempati tentang bagaimana individu autis mengalami dunia dan potensi munculnya sensitivitas secara umum, dan bagaimana berkomunikasi secara lebih efektif dengan mereka.

Pada 2020, satu dari 36 anak didiagnosis autisme di AS, menurut Pusat Pengendalian Penyakit. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan satu dari 100 anak menderita autisme di seluruh dunia, jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun, menjadikannya perkembangan gangguan tumbuh kembang yang tercepat di dunia.

Bersamaan dengan berbagi statistik dan pendidikan tentang autisme, pelatihan IBCCES juga memberikan panduan praktis yang lebih baik tentang cara mengakomodasi individu dengan gangguan saraf.

"Misalnya, beberapa orang belajar lebih banyak pada tingkat visual, sehingga kami dapat membantu mereka mencapai tempat tujuan secara lebih visual melalui brosur, pamflet, dan peta," kata Zoey Shircel dari Visit Mesa, yang juga seorang profesional perjalanan autisme bersertifikat.

Dia juga belajar bahwa beberapa orang mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk menyerap informasi, seperti lokasi tempat wisata atau apa yang harus dilakukan di sana.

Pelatihan tersebut membuka matanya tentang berapa banyak pelancong yang mungkin berjuang dengan tantangan yang tak terlihat.

"Sebelum mendapat sertifikasi, saya tidak memperhatikan orang-orang yang mungkin memiliki disabilitas tersembunyi," katanya.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved