Sabtu, 4 Oktober 2025
Deutsche Welle

ILO: Pekerja Anak Terus Meningkat

Menurut ILO, sekitar 160 juta anak di seluruh dunia masih dipekerjakan. Di Sub-Sahara Afrika, 72 juta anak dilaporkan masih terkena…

"Dan saya menjual kacang untuk membayar perlengkapan sekolah," tambah Lea.

Seruan aksi di Durban

Kepala Sekolah di Kamerun, Chantal Zanga, merasa begitu prihatin terhadap isu pekerja anak ini. "Saya menentang kegiatan berjualan bagi anak-anak di jalanan," kata Zanga. "Anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan. Jika kita mengirim mereka ke jalanan, siapa yang akan melindungi mereka?"

Dengan latar belakang itulah, para ahli dan aktivis kesejahteraan anak mengadakan pertemuan Konferensi Dunia ke-5 tentang Penghapusan Pekerja Anak di Durban, Afrika Selatan, untuk mendiskusikan langkah-langkah yang lebih nyata dalam melindungi hak anak-anak di dunia, bulan lalu.

Tomei mengatakan bahwa "Seruan Aksi Durban” ini memiliki satu pesan yang begitu jelas, bahwa "meningkatkan pekerjaan yang layak bagi orang dewasa adalah kunci untuk menghapus pekerja anak."

Selain menghapus pekerja anak, rencana aksi ILO tahun 2023 juga meliputi tentang mewujudkan keadilan sosial di seluruh dunia, meratifikasi usia kerja minimum global dan secara efektif mengimplementasikan tiga strategi inti dari Seruan Aksi Durban.

"Saya yakin dengan tekad yang baru, penghapusan pekerja anak dapat tercapai," kata Tomei dalam pernyataannya di Jenewa pada hari Senin (12/06).

Dipekerjakan sebagai buruh oleh orang tua

Anak-anak yang bekerja sebagai pedagang kaki lima harus menghadapi bahaya setiap harinya, mulai dari lalu lintas, cuaca, hingga kekerasan seksual. Salah satunya Juliette Lemana, 12 tahun, yang berjualan buah safo, atau yang juga dikenal sebagai buah prem, dan pisang raja panggang di Yaounde.

"Mama menyuruh saya berjualan," katanya kepada tim DW, seraya menambahkan bahwa baru-baru ini sebuah sepeda motor telah menabrak teman sekelasnya. "Kadang-kadang kami pulang ke rumah pada malam hari dan kami tidak bisa menemukan jalan pulang."

Hukum Kamerun sebenarnya telah melarang pekerja anak, kata Pauline Biyong, presiden Asosiasi untuk Pendidikan Perempuan dan Anak.

"Kamerun telah meratifikasi banyak pasal untuk melindungi anak-anak. Fenomena ini seharusnya marjinal, namun sayangnya, kami mengamati di kota-kota kami bahwa anak-anak masih digunakan sebagai tenaga kerja oleh orang tua mereka. Itu tidak normal," tambah Biyong.

Kesulitan ekonomi telah memaksa banyak anak untuk bekerja di tambang emas di negara-negara seperti Tanzania dan Republik Demokratik Kongo, atau sebagai tentara anak di negara-negara seperti Sudan Selatan.

Tidak mendapatkan pendidikan yang layak

ILO memperkirakan ada sekitar 2,1 juta anak telah bekerja dalam produksi kakao di Pantai Gading dan Ghana. Sekitar dua pertiga kakao yang diproduksi di seluruh dunia, ternyata berasal dari Afrika.

Perusahaan Nestle telah membangun ruang kelas untuk anak-anak di daerah penghasil kakao tersebut. "Masalah pekerja anak itu nyata," kata Toussaint Luc N'Guessan, manajer program perusahaan makanan raksasa Nestle, kepada tim DW.

Di jalanan Maiduguri, negara bagian Borno, Nigeria, banyak anak yang bekerja atas permintaan orang tuanya.

"Ayah saya membawa saya ke sini untuk belajar menjahit," kata seorang anak laki-laki kepada tim DW. "Kadang-kadang, saya mendapat 150 naira (sekitar Rp4.800)."

Halaman
123
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved