Senin, 6 Oktober 2025

Kesaksian mantan pengikut sekte yang membantu orang keluar dari 'sekte berbahaya'

Seorang pria mengaku dirinya pernah bergabung dalam sebuah sekte dan sekarang ia mendedikasikan hidupnya untuk membantu para pengikut…

Jika orang itu kesulitan dalam menjelaskan kepercayaan kelompok itu, ia mengatakan Anda bisa meminta waktu rehat dan bilang “mari kita coba riset bersama dan cari tahu siapa mereka.”

“Saya berkata kepada klien saya; Jika Anda berada dalam situasi dan Anda diberikan beberapa pilihan, dan itu tidak masuk akal dan membingungkan, percayalah pada batinmu dan cari cara logis dan realistis untuk memeriksa hal itu.”

Dr Hassan mengatakan ia sudah tidak pernah menggunakan metode konfrontasi dalam ‘pemrograman ulang‘ seorang anggota sekte, meskipun dulu ia menggunakan cara itu.

Tanpa kerja sama dari orang yang bergabung, ia berargumen bahwa segala upaya untuk membuat mereka keluar dari kelompok kemungkinan besar akan gagal.

Ia menambahkan penggunaan telepon genggam membuat hampir tidak mungkin untuk memangkas komunikasi antara anggota dengan kelompok itu, kecuali mereka setuju memutus koneksi itu.

“Jika mereka terus mengirim pesan [atau menelepon] sekte itu setiap harinya, maka tidak mungkin upayamu akan efektif,“ katanya.

Sementara Dr Hassan berfokus membantu keluarga dan orang yang dikasihi guna “menguatkan orang itu berpikir untuk diri sendiri dan membuat keputusan sendiri.“

“Contohnya saya akan memberitahu keluarga itu untuk meminta orang yang bergabung dalam sekte untuk duduk bersama dan menonton film dokumenter Social Dilemma tentang media sosial,“ kata Dr Hassan.

“Itu tidak akan membuat mereka defensif atau merasa diserang. Tetapi itu akan memulai diskusi tentang taktik yang digunakan untuk memanipulasi perhatian seseorang.”

Dr Hassan mengatakan perubahan besar dalam hidup, seperti kehilangan orang yang dikasihi, pindah tempat tinggal, atau dalam konteks dia putus hubungan asmara, dapat membuat seseorang lebih rentan terpengaruhi oleh kelompok berbahaya.

Menurut dia, kesalahan terbesar yang dilakukan seseorang adalah berpikir itu tidak mungkin dapat terjadi pada mereka.

Dia menyebutnya sebuah “mitos pikiran yang lunak: [berpikiran bahwa] ‘pikiran saya tidak mungkin berubah – orang lain mungkin saja, tapi saya terlalu pintar, atau saya terlalu baik”.

“Kita secara alami memiliki keinginan untuk bergabung bersama orang lain dan mengikuti sosok otoriter yang kita rasa bisa dipercaya”.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved