Kesaksian mantan pengikut sekte yang membantu orang keluar dari 'sekte berbahaya'
Seorang pria mengaku dirinya pernah bergabung dalam sebuah sekte dan sekarang ia mendedikasikan hidupnya untuk membantu para pengikut…
“Saya bertanya ke mereka, ‘apakah kalian bagian dari semacam kelompok agama?’ ” kata Dr Hassan kepada saya. “Mereka bilang ‘tidak, tidak sama sekali’. Itu ternyata bohong.”
Kemudian, sambungnya, muncul fase “love-bombing” – memberikannya banyak tanda kasih sayang kepadanya agar ia tertarik untuk gabung dalam kelompok dan memanipulasi dia.
Kelompok itu mengundangnya ke acara makan malam, dengan mengatakan “kami ingin memperkenalkanmu ke teman-teman kami di seluruh dunia”.
Selanjutnya, ia diundang menghadiri acara diskusi dan kemudian mereka mengatakan “kami akan pergi di akhir pekan ini. Kamu sebaiknya ikut, itu akan sangat menyenangkan”.
Pada akhir pekan itu, kata Dr Hassan, mereka “masuk ke dalam kepala saya” dengan menggunakan klaim seperti “ini adalah saat yang sangat spesial dalam sejarah, Perang Dunia III akan terjadi antara Rusia dan Amerika Serikat, ada banyak rencana spiritual yang terjadi.”
Setelah waktu yang cukup lama, mereka mulai mengajarkan kepercayaan-kepercayaan lainnya kepada dia.
Ia mengeklaim bahwa mereka menyebut pemimpin kelompok itu, Pendeta Moon -yang lahir di Korea Utara- adalah “Mesias, lebih hebat dari Yesus”, dan orang Korea adalah ras superior.
Meskipun ia lahir dan dibesarkan dalam agama Yahudi, Dr Hassan mengatakan setelah tiga bulan bergabung dengan Gereja Unifikasi, ia “bahkan percaya bahwa Holokos itu dapat dibenarkan”.
“Saya benar-benar diradikalisasi,” kata dia.
“Pemikir, perasa, pelaku atau pemercaya“
Klaim-klaim ini dibantah keras oleh gereja itu, mereka mengatakan “tidak ada yang mengatakan dalam ajaran kelompok bahwa Holokos dibenarkan”, dan bahwa mereka “memiliki banyak anggota yang lahir dan dibesarkan secara Yahudi”.
Tak hanya itu, mereka mengatakan bahwa ”tidak ada indikasi” dalam ajaran mereka yang menyebut Pendeta Moon sebagai sosok yang “lebih hebat dari Yesus“ atau bahwa “orang Korea merupakan semacam ras superior“.
Gereja itu juga membantah menggunakan love bombing untuk merekrut anggota.
Mereka mengatakan bahwa memang anggota gereja sering pergi untuk berbicara dengan mahasiswa, mereka “cukup terbuka tentang kepercayaan minoritas yang mereka pegang, dan tidak ada tipu daya yang mereka lakukan.“
Dr Hassan mengatakan ia keluar dari kampusnya untuk menjadi pemimpin kelompok yang membantu dalam merekrut anggota.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.