Jumat, 3 Oktober 2025

Kemenangan Erdogan menyisakan polarisasi di masyarakat Turki

Para pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan selebrasi sampai larut malam setelah sang presiden – yang sudah menjabat…

Mata uang Turki, yakni Lira, telah mencapai rekor terendah dibandingkan dolar AS dan bank sentral kesulitan dalam memenuhi permintaan masa uang asing yang meningkat.

”Jika mereka terus berlanjut dengan suku bunga rendah, seperti yang telah diputuskan Erdogan, satu-satunya opsi lain adalah pengendalian modal yang lebih ketat,” kata Selva Demiralp, seorang profesor ekonomi di Universitas Koc di Istanbul.

Masalah ekonomi jauh di belakang benak pendukung Erdogan, yang terus mengagung-agungkan nama Erdogan di tengah para pemimpin dunia dan perjuangannya melawan ”teroris”. Dalam hal ini, yakni para militan suku Kurdi.

Presiden Erdogan telah menuduh lawannya berpihak pada teroris, dan mengkritik janjinya untuk membebaskan mantan salah satu pemimpin partai oposisi terbesar kedua di Turki, yakni Partai Rakyat Demokrat (HDP) yang pro-suku Kurdi.

Selahattin Demirtas telah mendekam di penjara sejak 2016, meskipun Pengadilan Hak Asasi Manusia di Eropa meminta agar ia dibebaskan.

Erdogan mengatakan selama dia berkuasa, Demirtas akan tetap berada di balik jeruji besi.

Ia juga berjanji akan memprioritaskan pembangunan area-area yang rusak akibat gempa beruntun Februari lalu dan mengirim kembali secara ”sukarela” para pengungsi Suriah.

Para pendukung memadati Taksim Square di pusat kota Istanbul, banyak dari mereka datang dari Timur Tengah dan Teluk.

Warga Palestina dari Yordania menyelimuti diri mereka dengan bendera Turki di bahu mereka.

Seorang pendatang dari Tunisia, Alaa Nassar, mengatakan bahwa Erdogan tidak hanya melakukan perbaikan bagi negaranya sendiri, tetapi “dia juga mendukung orang Arab dan umat Muslim”.

Walaupun banyak yang menggelar perayaan atas kemenangan Erdogan, gagasan persatuan di negara yang terpolarisasi itu tampaknya lebih jauh dari sebelumnya.

Sejak kudeta yang gagal pada 2016, Erdogan telah menghapus jabatan perdana menteri dan mengambil alih kekuasaan itu. Sebaliknya, lawan politiknya berjanji akan membuka kembali posisi itu.

Oposisi Turki sekarang harus bersatu kembali menjelang pemilihan di tingkat daerah pada 2024 mendatang.

Liputan tambahan dari Istanbul oleh Cagil Kasapoglu.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved