Irak: Melihat penampakan terbaru Museum Mosul setelah dihancurkan ISIS
Artefak kuno yang dihancurkan kelompok ISIS di Irak akan kembali dipamerkan setelah direstorasi.
Louvre telah bekerja sama dengan staf Museum Mosul untuk mengkonservasi dan memulihkan tiga batu tulis utama - termasuk Singa Nimrud - serta artefak lainnya, sehingga mereka bisa kembali dipajang.
"Restorasi harus diselesaikan di tengah mimpi buruk sisa-sisa kepingan monumental dari era Assyiria, yang telah dibom, dibakar, dan sengaja dihancurkan," kata Dr Thomas.
Objek lain yang akan dipamerkan meliputi benda-benda bersejarah yang diselamatkan dari kehancuran saat mereka dipindahkan ke Museum Irak di Baghdad pada 2003, sebelum perang Irak dimulai. Ada juga peninggalan dari penggalian arkeologi yang sedang berlangsung.
Ada upaya untuk memulihkan puluhan benda bersejarah peninggalan Assyiria, Akkadia, Babilonia, Persia, dan Romawi yang sempat dijarah oleh ISIS saat mereka merangsek masuk Museum. Artefak-artefak ini dijual ke pasar gelap dan digunakan sebagai sumber pendapatan ISIS.
Milisi ISIS tampaknya telah merawat sisa-sisa benda kuno ini dengan baik, sangat kontras dengan cara mereka memperlakukan benda bersejarah lainnya yang berukuran besar di museum, dan situs arkeologi yang juga mereka nyatakan sebagai pusat kekhalifahan di Suriah dan Irak. Hal ini termasuk Nimrud dan kota gurun Palmyra.
Setelah dua setengah tahun berada di bawah kendali pasukan ISIS, bangunan Museum Mosul yang semula berwarna gading berubah menjadi hitam akibat ledakan peluru, atau roket dan disertai dengan lubang peluru.
Namun, para ahli berharap proses pemugaran sebagian besar bisa mengembalikan visi yang telah dirancang Mohamed Makiya.
"Saya tidak tahu apakah banyak orang mengenalnya secara internasional," kata Bénédicte de Montlaur, presiden sekaligus CEO Yayasan Monumen Dunia. "Makiya benar-benar salah satu dari arsitek modernis paling penting di kawasan ini. Dia sudah merancang lebih dari 50 bangunan di penjuru Timur Tengah."
Di samping itu, bagian perpustakaan museum rusak parah akibat kebakaran - lebih dari 28.000 buku dan manuskrip terbakar - namun para ahli mengatakan bahwa struktur tembok betonnya bisa dipulihkan.
Sementara itu, sejumlah kerusakan akan tetap dibiarkan berada di galeri pusat Assyira di mana terdapat lantai berlubang bekas ledakan bom.
"Kami akan tetap membiarkan lubang di lantai ini sebagai pengingat apa yang telah terjadi," kata de Montlaur. "Jadi, lubang ini juga akan menjadi tempat peringatan episode gelap sejarah Mosul."
Pameran terbaru akan dibuka bertepatan dengan pengumuman rencana restorasi.
Pameran ini akan memberikan gambaran asal-usul museum di Mosul, dan foto-foto bekas penghancuran oleh ISIS, serta proyeksi gambar museum ke depannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.