Kamis, 2 Oktober 2025

Irak: Melihat penampakan terbaru Museum Mosul setelah dihancurkan ISIS

Artefak kuno yang dihancurkan kelompok ISIS di Irak akan kembali dipamerkan setelah direstorasi.

Aksi vandalisme terhadap benda-benda bersejarah yang disengaja oleh milisi Kelompok Negara Islam (ISIS) setelah mereka menduduki wilayah Mosul di Irak pada 2014 telah mengejutkan dan menggemparkan dunia.

Sekarang, proses pemugaran museum ikonik di kota yang telah dikuasai lagi itu, menjadi tonggak kelahirannya kembali. Sebelumnya, museum ini rusak berat karena pembakaran, pengeboman, dan penjarahan.

Masyarakat bisa kembali mengunjungi museum ini untuk pertama kalinya setelah dihancurkan ISIS, untuk melihat rencana terperinci dari proses pemugaran yang diharapkan dapat mengembalikan museum ke keadaan semula.

"Proyek ini akan mengembalikan Museum Budaya Mosul ke tempat semestinya di jantung kota, dan menjadikannya pusat budaya di wilayah tersebut," kata direktur pemugaran, Zaid Ghazi Saadallah.

Museum yang dirancang oleh arsitek Irak, Mohamed Makiya pertama kali dibuka pada 1952, dan bertujuan untuk menceritakan sejarah Irak utara yang kaya dan beragam.

Kota Mosul dibangun dekat dengan sisa-sisa Kota Assyiria kuno, Niniwe - pernah menjadi kota terbesar di dunia.

"Ini adalah kisah kepentingan global yang meliputi awal dari sejarah tertulis," kata Saadallah. "Niniwe dan Mosul adalah dua nama dari satu entitas."

Sebuah video singkat yang dirilis ISIS pada 2015, menunjukkan mereka menggunakan palu godam dan bor untuk menghancurkan beberapa harta karun terbesar museum menjadi potongan-potongan kecil.

Penghancuran museum ini merupakan bagian dari kampanye kelompok ISIS untuk menghapus sejarah budaya yang bertentangan dengan paham mereka terhadap Islam Sunni.

Karya-karya utama monumental Assyiria rusak parah atau dihancurkan, termasuk dua lamassus (banteng bersayap besar yang khas, dengan kepala manusia yang pernah menjaga istana Nimrud), singa kolosal, tablet yang diukir dengan aksara paku kuno (cuneiform).

Aksara kuno ini berasal dari Mesopotamia - sekarang Irak - diperkirakan 5.000 tahun lalu. Aksara paku sejauh ini diketahui sebagai bentuk tulisan tertua di dunia.

Tulisan ini memberikan catatan sejumlah peradaban paling awal yang diketahui - sebuah kerajaan yang berkembang di titik Sungai Tigris dan Efrat yang saling berpotongan, dikenal sebagai kawasan "Hilal Subur".

Museum dan situs arkeologi di sekitarnya sangat berharga, sehingga para peneliti dan petugas dinas kebudayaan setempat mengambil risiko kembali ke Mosul pada 2017 ketika ISIS berhasil diusir. Tapi saat itu masih berbahaya, karena terdapat pertempuran antara pasukan ISIS dan pasukan keamanan Irak di wilayah sekitarnya.

Kemitraan internasional segera dibentuk - antara lain dengan Museum Louvre di Prancis dan Institusi Smithsonian dari Amerika Serikat - untuk membantu otoritas Irak membangun kembali museum dan mengurus segalanya yang telah dihancurkan ISIS.

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved