Sabtu, 4 Oktober 2025

Sindir AS, Pemimpin Tertinggi Iran: Satu Tentara Amerika Serikat di Irak Terlalu Banyak

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei menyindir AS dan mengatakan satu tentara AS di Irak terlalu banyak. Ribuan tentara AS masih ada di Irak.

Kantor Pemimpin Tertinggi Iran melalui AP
Salam foto yang dirilis pada hari Jumat, 20 Maret 2020 oleh situs web resmi kantor pemimpin tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei berpose untuk potret sebelum menyampaikan pesannya untuk Tahun Baru Iran, atau Nowruz, di Teheran, Iran. Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Hassan Rouhani dalam pesan tahun baru yang terpisah bersumpah untuk mengatasi virus corona baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. - Khamenei mengatakan satu tentara AS di Irak terlalu banyak. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin tertinggi dan mantan Presiden Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyindir Amerika Serikat (AS) yang saat ini masih menempatkan 2.500 tentara di negara tetangganya, Irak.

Ayatollah Ali Khamenei mengatakan sindiran itu kepada rekannya, Presiden Irak, Latif Rashid, saat pertemuan di Teheran, Iran, pada Sabtu (29/4/2023).

"Orang Amerika bukan teman Irak," katanya.

"Orang Amerika tidak berteman dengan siapa pun dan bahkan tidak setia kepada teman Eropa mereka," lanjutnya, dikutip dari CNN Internasional.

Rashid dan delegasi Iran tiba di Teheran pada Sabtu atas undangan Khamenei untuk pembicaraan dalam rangka meningkatkan hubungan antara Iran dan Irak.

Baca juga: Sukses Damaikan Arab Saudi-Iran, China Siap Bantu Perdamaian Palestina dan Israel

AS Masih Tempatkan Pasukan di Irak

Menurut Reuters, mereka juga membahas pengaruh Amerika Serikat di kawasan perbatasan Irak dan Iran.

Iran sangat menentang kehadiran militer AS di perbatasannya dengan Irak, di mana AS memiliki sekitar 2.500 tentara.

Banyak di antaranya bertugas menasihati dan membantu angkatan bersenjata regional dalam menilai dan menangani ancaman Negara Islam (ISIS), yang merebut bagian negara berikut pada tahun 2014.

Khamenei menentang intervensi militer AS.

Ia percaya, hal itu menjadi penyebab ketidakstabilan regional di kawasannya dengan Irak.

"Bahkan, kehadiran satu orang Amerika di Irak terlalu banyak," katanya, dikutip dari RT.

“Upaya utama Irak adalah untuk memperdalam hubungan dengan Iran dan menyelesaikan beberapa masalah yang tersisa antara kedua negara,” kata Rashid setelah itu, tanpa mengomentari kepentingan AS di Irak.

Dalam pertemuan itu, Iran dan Irak juga membahas isu-isu seperti berbagi sumber daya air, perdagangan, dan metode memerangi perubahan iklim diharapkan akan diajukan.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menunjukkan dia menyampaikan pidato di televisi tentang situasi virus corona di ibu kota Teheran, pada 11 Agustus 2021. (KHAMENEI.IR/HO/AFP)
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menunjukkan dia menyampaikan pidato di televisi tentang situasi virus corona di ibu kota Teheran, pada 11 Agustus 2021. (KHAMENEI.IR/HO/AFP) (AFP/-)

Baca juga: Dubes Mahdi Raunak: Iran Lakukan Upaya Diplomatik Hentikan Kejahatan Israel di Palestina

Keretakan Hubungan Iran dan AS

Hubungan Iran dan AS menjadi semakin tegang selama beberapa tahun terakhir, terutama terkait masalah program nuklir Iran.

Pada tahun 2015, AS bergabung dengan para pemimpin dunia dalam penandatanganan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

JCPOA bertujuan untuk membatasi kemampuan nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi dari negara-negara lain.

Pada tahun 2018, pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, saat itu menarik diri dari perjanjian itu dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran.

Baru-baru ini, Presiden AS, Joe Biden memberi isyarat dia akan memasuki kembali pembicaraan dengan Iran, tapi belum ada rencana seperti itu yang diusulkan.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Ayatollah Khamenei

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved