Bagaimana perubahan iklim meruntuhkan bebatuan di Pegunungan Alpen
Ketika "perekat" beku yang membantu menyatukan permukaan bebatuan di Pegunungan Alpen, Eropa, mulai mencair, para pendaki menghadapi…
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kejadian yang lebih signifikan meningkat pesat di banyak bagian Pegunungan Alpen, kata Ravanel.
Ada pula kekhawatiran bahwa dalam beberapa dekade mendatang, batu-batu yang jatuh lebih besar dan akan secara drastis mengubah lanskap pegunungan di wilayah tersebut.
Dengan demikian, ancaman bahaya bagi pejalan kaki dan pendaki gunung juga meningkat.
Pada 2017, batu besar jatuh dari Pizo Cengalo, di perbatasan Italia dan Swiss, memicu longsoran batu dan tanah yang menuruni lembah, menewaskan delapan orang.
Peristiwa-peristiwa berbahaya terus mendatangkan malapetaka selama musim panas lalu. Rute yang terkena dampak paling serius dan paling nyata adalah rute yang paling populer sekaligus jalur termudah menuju puncak Mont Blanc itu sendiri.
Jalur pendakian ini menarik sekitar 20.000 orang setiap tahun, tetapi dalam perjalanan ke atas mereka semua harus melewati "death couloir" yang terkenal itu.
Karena sangat rentan terhadap bebatuan yang jatuh, rute Goûter ini telah menjadi lokasi terjadinya lebih dari seratus insiden fatal sejak awal tahun 1990-an.
Sebelumnya, para pendaki yang kurang beruntung harus menyeberangi couloir selebar 20 meter tepat oada saat jatuhnya batu, tetapi selama beberapa musim panas terakhir, batu yang berjatuhan hampir selalu terjadi, kata pemandu pendakian.
Pada Juli 2022, banyak longsoran batuan memaksa pemandu gunung dari Chamonix berhenti menerima tamu di rute ini, yang berarti menutup gunung untuk pendaki yang kurang berpengalaman.
"Kami telah dengan jelas mengidentifikasi bahwa degradasi permafrost adalah salah satu penyebab utama peningkatan runtuhan batu yang lebih besar," kata Jacques Mourey dari University of Lausanne, salah satu ilmuwan yang bertanggung jawab atas jaringan sensor kecil di couloir. Penelitian mereka menunjukkan bahwa suhu daratan di bagian atas couloir meningkat dengan laju dua derajat Celsius per dekade.
Untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang akan terjadi di masa depan di tempat berisiko tinggi seperti couloir Goûter, laboratorium alam di Aiguille du Midi menjadi penting.
"Mungkin tidak ada tempat seperti ini di dunia di mana Anda bisa masuk ke permafrost," kata Ben-Asher, berbicara tentang terowongan yang membentang ke permukaan batu.
Sebagai bonus, bentuk puncak yang runcing dan platform penghubung memungkinkan peneliti untuk bergerak dengan mudah di antara permukaan batu yang berbeda.
Sensor suhu pertama ditempatkan di Aiguille du Midi pada tahun 2005. Saat itu, para ilmuwan menghabiskan waktu berhari-hari untuk mengebor tiga lubang sedalam 10 meter di dinding granit yang keras dan curam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.