Jumat, 3 Oktober 2025

Tampil di Sampul Majalah Playboy, Menteri Prancis Tuai Kritikan dari Perdana Menteri

Menteri Sosial Ekonomi dan Asosiasi Prancis, Marlene Schiappa tuai kritikan dari Perdana Menteri Elisabeth Born karena tampil di majalah Playboy.

Playboy
Menteri Sosial Ekonomi dan Asosiasi Pemerintah Prancis, Marlene Schiappa, tampil di sampul majalah Playboy untuk menyuarakan hak-hak perempuan. Penampilannya ini menuai kritikan dari rekan politisi. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Sosial Ekonomi dan Asosiasi Prancis, Marlene Schiappa, tampil di sampul majalah Playboy untuk menyuarakan hak-hak perempuan.

Marlene tampil bersama 12 halaman wawancara dalam majalah edisi Prancis, dengan mengenakan gaun putih.

Keputusannya untuk tampil di sampul majalah Playboy mendapat kritik dari sesama politisi, di tengah protes rakyat pada pemerintahan Presiden Emmanueal Macron atas reformasi pensiun dari 62 menjadi 64 tahun.

Rekan politisi Prancis mengomentari penampilan Marlene dalam sampul itu.

"Tubuh perempuan seharusnya bisa diekspos di mana saja, saya tidak masalah dengan itu, tapi ada konteks sosialnya," kata anggota parlemen hijau, Sandrine Rousseau kepada BFM TV.

"Di manakah rasa hormat terhadap rakyat Prancis? Kami berada di tengah krisis sosial, ada masalah kepolisian, ada orang antara hidup dan mati, dan saya mendapat kesan berada di balik layar," lanjutnya.

Baca juga: Wawancara dengan Majalah Playboy, Menteri Prancis ini Bikin Panas

Perdana Menteri Prancis, Elisabeth Born, menelepon Marlene Schiappa untuk memberitahunya, sampul itu sama sekali tidak pantas, terutama pada periode saat ini.

Tanggapan Marlene Schiappa

Meski menerima banyak kritikan, Marlene tetap membela keputusannya untuk tampil di sampul majalah Playboy.

"Mempertahankan hak perempuan untuk melakukan apa yang mereka inginkan dengan tubuh mereka: di mana saja dan kapan saja," tulisnya.

"Di Prancis, wanita bebas. Dengan segala hormat kepada para pencela dan orang munafik," lanjutnya, dikutip dari CNN Internasional.

Marlene Schiappa, Menteri Sosial Ekonomi dan Asosiasi Prancis
Marlene Schiappa, Menteri Sosial Ekonomi dan Asosiasi Prancis (Marlene Schiappa)

Baca juga: Aksi Protes Tolak Kenaikan Usia Pensiun Berlanjut di Prancis, Polisi Bersiap Kemungkinan Bentrok

Marlene Schiappa dan Feminisme

Editor Playboy Prancis, Jean-Christophe Florentin, mengatakan Marlene Schiappa adalah yang paling cocok dengan Playboy dari rekan-rekannya karena pandangan feminisnya, seperti diberitakan Sky News.

Majalah ini tersedia untuk dibeli mulai 8 April 2023, menurut surat kabar Le Parisien.

Marlene Schiappa adalah seorang penulis dan blogger yang berfokus pada isu-isu perempuan sebelum dia diangkat sebagai menteri muda oleh Emmanuel Macron pada tahun 2017.

Dalam perannya sebelumnya sebagai menteri kesetaraan, Marlene Schiappas mengajukan undang-undang untuk melarang cat calling dan pelecehan di jalan.

Para pengunjuk rasa melindungi diri dari meriam air dengan spanduk selama demonstrasi setelah pemerintah mendorong reformasi pensiun melalui parlemen tanpa pemungutan suara, menggunakan pasal 49.3 konstitusi, di Toulouse, Prancis selatan, pada 28 Maret 2023. - Prancis menghadapi yang lain hari pemogokan dan protes hampir dua minggu setelah presiden melewati parlemen untuk meloloskan pemeriksaan pensiun yang memicu kekacauan di negara itu, dengan serikat pekerja bersumpah tidak akan berhenti dalam protes massa untuk membuat pemerintah mundur. Hari aksi adalah mobilisasi kesepuluh sejak protes dimulai pada pertengahan Januari melawan hukum, termasuk menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun. (Photo by Charly TRIBALLEAU / AFP)
Para pengunjuk rasa melindungi diri dari meriam air dengan spanduk selama demonstrasi setelah pemerintah mendorong reformasi pensiun melalui parlemen tanpa pemungutan suara, menggunakan pasal 49.3 konstitusi, di Toulouse, Prancis selatan, pada 28 Maret 2023. - Prancis menghadapi yang lain hari pemogokan dan protes hampir dua minggu setelah presiden melewati parlemen untuk meloloskan pemeriksaan pensiun yang memicu kekacauan di negara itu, dengan serikat pekerja bersumpah tidak akan berhenti dalam protes massa untuk membuat pemerintah mundur. Hari aksi adalah mobilisasi kesepuluh sejak protes dimulai pada pertengahan Januari melawan hukum, termasuk menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun. (Photo by Charly TRIBALLEAU / AFP) (AFP/CHARLY TRIBALLEAU)

Baca juga: Prancis Yakin Hanya China yang Mampu Memberikan Kesepakatan Damai kepada Ukraina

Protes di Prancis

Protes di Prancis muncul saat Presiden Emmanuel Macron mengesampingkan pemungutan suara di Parlemen Prancis untuk menetapkan rencana menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun.

Keputusan ini membuat serikat pekerja marah dan krisis politik muncul di Prancis.

Kondisi ini semakin parah ketika para demonstran turun ke jalan dan orang-orang melakukan mogok kerja.

Presiden Emmanuel Macron mengatakan, mereka perlu mengubah sistem pensiun untuk mendapatkan pijakan keuangan yang lebih kuat demi meningkatkan harapap hidup dan rasio pekerja.

“Kami tidak akan berhenti,” perwakilan serikat CGT Régis Vieceli mengatakan kepada The Associated Press pada hari Jumat (31/3/2023), dikutip dari PBS News

Dia mengatakan membanjiri jalan-jalan dengan ketidakpuasan dan menolak untuk terus bekerja adalah satu-satunya cara kita membuat mereka mundur.

Aksi protes ini terjadi di Paris dan sejumlah kota lainnnya, dari Rennes dan Nantes di Prancis timur hingga Lyon dan kota pelabuhan selatan Marseille, di mana jendela toko dan bagian depan bank dihancurkan.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gérald Darmanin mengatakan kepada stasiun radio RTL, sejumlah 310 orang ditangkap dalam aksi protes pada hari Jumat (31/3/2023).

Kebanyakan dari mereka di Paris, di mana polisi menggunakan gas air mata untuk membersihkan ribuan orang dari Place de Concorde. 

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Prancis

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved