Jumat, 3 Oktober 2025

Analis Ungkap Nilai Normalisasi Hubungan Diplomatik Iran-Arab bagi AS: Ini Bagus, Bukan Kemunduran

Pakta antara Riyadh dan Teheran diumumkan pekan lalu di Beijing, hanya memperkuat realitas perang Tiongkok sebagai mitra perdagangan yang signifikan.

AP Via VOA
Wang Yi, diplomat senior China (tengah), Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dan Menteri Negara (kanan) dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed Al Aiban dalam pertemuan di Beijing, China, 10 Maret 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) menggambarkan kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi yang ditengahi China sebagai hal baik.

Namun, tidak bisa dipungkiri, kesepakatan itu membuat pengaruh Washington berkurang di wilayah tersebut.

Dikutip dari Al Jazeera, menurut para analis, pakta antara Riyadh dan Teheran yang diumumkan pekan lalu di Beijing, hanya memperkuat realitas peran Tiongkok sebagai mitra perdagangan yang signifikan.

"Fakta bahwa Teheran dan Riyadh memutuskan untuk mengubur kapak perang, baik untuk semua orang,” kata Jorge Heine, seorang profesor di Universitas Boston.

“Ini bagus untuk Amerika Serikat. Ini bagus untuk China. Ini bagus untuk Timur Tengah.”

Heine, yang sebelumnya menjabat sebagai duta besar Chili untuk China, mengatakan pakta antara dua rival Timur Tengah itu adalah "terobosan diplomasi besar" China, tetapi tidak berarti itu adalah kemunduran bagi AS.

Baca juga: Arab Saudi Umumkan 10 Aturan Baru Selama Bulan Ramadan 2023

Ia mengatakan kepada Al Jazeera, perjanjian itu harus membuat Washington memikirkan kembali kebijakan konfrontatifnya terhadap negara lain.

Pemulihan hubungan Teheran-Riyadh mengikuti bertahun-tahun ketegangan yang telah meluas di Timur Tengah, terutama di Yaman, di mana konflik antara pemerintah yang didukung Saudi dan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran, telah memicu krisis kemanusiaan yang sangat besar.

Peran China

Rincian pasti perjanjian itu belum dipublikasikan, tetapi pernyataan bersama pada 10 Maret, mengatakan pakta itu menegaskan "penghormatan terhadap kedaulatan negara dan tidak campur tangan dalam urusan internal negara".

Kedua negara juga sepakat untuk melanjutkan hubungan diplomatik yang telah ditangguhkan sejak 2016 dan menghidupkan kembali pakta keamanan dan budaya selama beberapa dekade.

Dalam rekaman yang ditayangkan oleh media Iran, diplomat top China, Wang Yi, mengucapkan selamat untuk kedua negara.

Baca juga: Indonesia Dukung Pemulihan Hubungan Iran dan Arab Saudi

Wang Yi, diplomat senior China (tengah), Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dan Menteri Negara (kanan) dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed Al Aiban dalam pertemuan di Beijing, China, 10 Maret 2023.
Wang Yi, diplomat senior China (tengah), Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dan Menteri Negara (kanan) dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed Al Aiban dalam pertemuan di Beijing, China, 10 Maret 2023. (AP Via VOA)

"Kedua belah pihak telah menunjukkan ketulusan," kata Wang Yi yang menjabat sebagai diplomat paling senior China.

"China mendukung penuh perjanjian ini," tambahnya.

Saudi Press Agency mengonfirmasi perjanjian tersebut bersamaan dengan pernyataan bersama dari Arab Saudi dan Iran.

Dikatakan kedua negara telah sepakat untuk menghormati kedaulatan negara dan tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.

Pernyataan itu juga mengatakan Riyadh dan Teheran telah sepakat untuk mengaktifkan perjanjian kerja sama keamanan yang ditandatangani pada 2001, lapor Guardian.

Iran dan Arab Saudi telah mengadakan putaran pembicaraan sebelumnya di Irak dan Oman.

Baca juga: Putra Mahkota Arab Saudi Luncurkan Maskapai Riyadh Air dengan 100 Tujuan Penerbangan

Pernyataan bersama tersebut memuji Presiden China Xi Jinping atas “inisiatif mulia” untuk menyatukan Arab Saudi dan Iran.

Xi mengunjungi Arab Saudi pada Desember tahun lalu, dan pada Februari bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di China.

Analis mengatakan peran China dalam mengamankan perjanjian itu seharusnya tidak membuat khawatir para pembuat kebijakan di Washington, yang telah menjadikan persaingan dengan Beijing sebagai prioritas kebijakan utama .

Dina Esfandiary, penasihat senior Timur Tengah dan Afrika Utara di wadah pemikir International Crisis Group, mengatakan detente akan “meningkatkan stabilitas regional secara potensial”, yang juga merupakan tujuan kebijakan Washington.

Ia menambahkan AS tetap menjadi mitra keamanan pilihan bagi negara-negara Teluk Arab.

“Karena pengaruh ekonomi yang dimiliki China di kawasan ini, kepentingannya pasti semakin meningkat,” kata Esfandiary kepada Al Jazeera.

Baca juga: China Sukses Damaikan Arab Saudi dengan Iran, Ini 7 Penyebab Arab Saudi & Iran Bermusuhan Selama Ini

Gambar selebaran yang disediakan oleh kantor berita Nournews menunjukkan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani (kanan) berjabat tangan dengan Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Pusat Partai Komunis Tiongkok (PKT) Wang Yi (Tengah) selama pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi dan Menteri Negara Musaad bin Mohammed al-Aiban (kiri) di Beijing pada 10 Maret 2023. Iran dan Arab Saudi sepakat untuk memulihkan hubungan dan membuka kembali misi diplomatik masing-masing setelah pembicaraan di China, negara bagian media di kedua negara melaporkan pada 10 Maret 2023, tujuh tahun setelah hubungan putus. Riyadh memutuskan hubungan dengan Teheran setelah pengunjuk rasa Iran menyerang misi diplomatik Saudi di republik Islam itu pada 2016 menyusul eksekusi Saudi terhadap ulama Syiah Nimr al-Nimr.
Gambar selebaran yang disediakan oleh kantor berita Nournews menunjukkan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani (kanan) berjabat tangan dengan Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Pusat Partai Komunis Tiongkok (PKT) Wang Yi (Tengah) selama pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi dan Menteri Negara Musaad bin Mohammed al-Aiban (kiri) di Beijing pada 10 Maret 2023. Iran dan Arab Saudi sepakat untuk memulihkan hubungan dan membuka kembali misi diplomatik masing-masing setelah pembicaraan di China, negara bagian media di kedua negara melaporkan pada 10 Maret 2023, tujuh tahun setelah hubungan putus. Riyadh memutuskan hubungan dengan Teheran setelah pengunjuk rasa Iran menyerang misi diplomatik Saudi di republik Islam itu pada 2016 menyusul eksekusi Saudi terhadap ulama Syiah Nimr al-Nimr. (BADAN NOURNEWS / AFP)

Ia menambahkan, kekhawatiran jangka panjang bagi AS adalah meningkatnya pengaruh China pada akhirnya dapat mengurangi pengaruh Washington atas sekutu-sekutu Teluknya.

Pemulihan hubungan dapat membantu Teheran memecahkan isolasi ekonominya, dengan para pejabat Saudi sudah berbicara tentang memulai investasi di Iran setelah kesepakatan itu dilaksanakan.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved