Kamis, 2 Oktober 2025

Klaim Diprovokasi, Korea Utara Desak PBB Kendalikan AS

Korut telah memperingatkan bahwa tindakan kedua negara itu telah membuat situasi di kawasan tersebut 'sangat berbahaya'.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
STRINGER / KCNA VIA KNS / AFP
Gambar ini diambil pada 18 Februari 2023 dan dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 19 Februari 2023 menunjukkan uji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) "Hwasong-15", di Bandara Internasional Pyongyang. 

TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG - Korea Utara (Korut) telah mengimbau Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) demi mencegah mereka mengadakan latihan militer bersama di Semenanjung Korea.

Terkait hal ini, Korut telah memperingatkan bahwa tindakan kedua negara itu telah membuat situasi di kawasan tersebut 'sangat berbahaya'.

Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (7/3/2023), seorang pejabat tinggi di Kementerian Luar Negeri DPRK, sebutan lain Korut, Kim Son Gyong, meminta PBB dan masyarakat internasional untuk 'mendesak AS dan Korsel untuk segera menghentikan pernyataan provokatif dan latihan militer bersama'.

Baca juga: Peluncuran Rudal Korut Dikecam Sekjen PBB, Kim Jong Un Ngamuk Sebut Guterres Pilih Kasih

Pernyataan ini disampaikannya dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada hari Minggu oleh KCNA.

Pada Jumat lalu, Korsel dan AS mengumumkan rencana untuk melakukan latihan militer skala besar selama lebih dari 10 hari yang melibatkan pendaratan amfibi serta pembom strategis B-1B Amerika dan akan berlangsung mulai 13 hingga 23 Maret mendatang.

Latihan ini juga akan menjadi latihan gabungan terbesar dalam setidaknya lima tahun dan rekor terlama mereka.

Pejabat Kementerian Luar Negeri Korut mencirikan mereka sebagai 'demonstrasi militer melawan DPRK'.

Kim mengecam apa yang ia gambarkan sebagai sikap diam PBB terkait perilaku 'tidak bertanggung jawab' AS dan Korsel di wilayah tersebut.

Ia juga menilai bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mungkin memiliki standar ganda terkait tindakan militer di wilayah tersebut.

Menurut Kim, saat Guterres 'tetap bungkam' di hadapan 'provokasi militer AS dan Korsel yang mengerikan', orang nomor satu di PBB itu justru secara cepat mencela Korut.

Kim berargumen bahwa PBB harus mengubah taktik jika tertarik untuk 'mempromosikan detente yang berkelanjutan di Semenanjung Korea dan di wilayah tersebut'.

Berbicara kepada wartawan di Seoul, Korsel pada Jumat lalu, Juru bicara US Forces Korea Kolonel Isaac Taylor mengumumkan rencana untuk mengadakan dua latihan gabungan bersamaan yang disebut Freedom Shield dan Warrior Shield.

Pejabat militer itu mengatakan latihan perang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan respons AS dan Korsel terhadap 'agresi' Korut dan akan memasukkan 'pelajaran yang dipetik dari perang dan konflik baru-baru ini'.

AS dan Korsel tetap melanjutkan rencana tersebut meskipun Korut sebelumnya memperingatkan bahwa manuver semacam itu dapat ditafsirkan sebagai 'deklarasi perang' dan mengarah pada 'perlawanan yang kuat dan gigih yang belum pernah terjadi sebelumnya'.

Perlu diketahui, dua negara Korea ini secara teknis telah berperang selama lebih dari tujuh dekade, dengan konflik pada 1950 hingga 1953 berakhir melalui adanya gencatan senjata.

Setelah beberapa tahun relatif tenang, Korut justru melakukan sejumlah peluncuran rudal pada 2022, melanjutkan uji coba senjata menyusul moratorium yang diberlakukan sendiri yang disepakati selama negosiasi dengan Presiden ke-45 AS Donald Trump pada 2018.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved