Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Tanggapi Niat Baik China Damaikan Rusia dan Ukraina, Presiden Prancis Ikut Dukung China

Presiden Prancis akan mengunjungi China pada April 2023. Rencana ini sebagai tanggapan atas niat baik China untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina.

Odd ANDERSEN / AFP
Presiden Prancis Emmanuel Macron membuat pernyataan dengan Presiden Polandia Andrzej Duda dan Kanselir Jerman Olaf Scholz (tidak ada dalam gambar) setelah pertemuan mereka selama Konferensi Keamanan Munich (MSC) di Munich, Jerman selatan, pada 17 Februari 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prancis Emannuel Macron akan mengunjungi China pada bulan April 2023.

Ia akan mendesak China untuk menekan Rusia mengakhiri perang di Ukraina.

Rencana ini ia sampaikan sehari setelah Beijing mempresentasikan rencana perdamaian.

"Fakta bahwa Cina terlibat dalam upaya perdamaian adalah hal yang baik," kata Macron di sela -sela pertunjukan pertanian di Paris, Sabtu (25/2/2023).

"Damai hanya mungkin jika agresi Rusia dihentikan, pasukan ditarik, dan kedaulatan teritorial Ukraina dan rakyatnya dihormati," tambahnya, dikutip dari India Today.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menyatakan harapan untuk bertemu dengan Presiden Chin, Xi Jinping, untuk keamanan dunia.

Baca juga: Satu Tahun Perang Rusia-Ukraina, Pengamat Militer: Ada Pelajaran Penting untuk Indonesia

China Tak Mengutuk Invasi Rusia di Ukraina

China menolak untuk menjadi bagian dari pernyataan anggota G20 yang menyesalkan agresi Rusia di Ukraina, saat menghadiri acara pertemuan puncak di Bengaluru, India, Sabtu (25/2/2023).

Rusia mengatakan negara-negara Barat yang anti-Rusia telah mengoyahkan G20. 

India, yang menjadi tuan rumah pembicaraan G20, mengeluarkan rekapan dari pertemuan tersebut.

Mereka mencatat ada penilaian berbeda tentang situasi di Ukraina dan tentang sanksi yang dikenakan pada Rusia.

Sebuah catatan kaki mengatakan, dua paragraf yang merangkum perang itu disetujui oleh semua negara anggota kecuali Rusia dan China

Paragraf tersebut diadaptasi dari Deklarasi Pemimpin G20 Bali pada bulan November 2022 dan mengkritik sekeras-kerasnya agresi Rusia terhadap Ukraina, dikutip dari BBC Internasional.

12 Rencana China untuk Negosiasi Rusia dan Ukraina

Bendera China
Bendera China (Pixabay/SW1994)

Baca juga: Setahun Perang Rusia di Ukraina, Sekutu Barat Kecam Rusia dan Suarakan Dukungan untuk Zelensky

Di sisi lain, China juga menerbitkan rencana 12 poin untuk mengakhiri perang di Ukraina.

China menyerukan pembicaraan damai dan menghormati kedaulatan nasional.

Namun, dokumen 12 poin tersebut tidak secara khusus mengatakan Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina, dan tidak mengutuk invasi Rusia.

Kementerian Luar Negeri China pada hari yang sama, mengatakan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko akan melakukan kunjungan negara dari 28 Februari hingga 2 Maret atas undangan Presiden Xi Jingping, dikutip dari India Today.

Sekutu lama Presiden Rusia Vladimir Putin, Lukashenko mengizinkan negaranya digunakan sebagai peluncuran untuk invasi Moskow terhadap sekutu pro-Baratnya pada 24 Februari 2022.

Rusia telah menyatakan keprihatinan terhadap Belarus yang dapat kembali mendukung Rusia dalam upaya perangnya.

Menteri Luar Negeri China, Qin Gang mengatakan kepada rekannya di Belarusia Sergei Aleinik, China bersedia bekerja dengan Belarusia untuk memperdalam kepercayaan politik bersama selama percakapan telepon pada hari Jumat (24/2/2023).

China juga akan terus mendukung Belarusia dalam menjaga stabilitas nasionalnya dan akan menentang upaya kekuatan eksternal yang ikut campur dalam urusan internalnya atau menjatuhkan sanksi unilateral "ilegal" pada Belarusia.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved