Selasa, 30 September 2025

Rumah Mode Mewah Eropa Semangat Sambut Kembalinya Pelancong China

Sektor mewah Eropa siap menyambut berakhirnya penerapan sistem penguncian (lockdown) pandemi virus corona (Covid-19) di China.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Tribunnews.com/Malvyandie
Suasana di La Valle, Kamis (20/6/2019). La Valle bisa dibilang sebagai surga belanja. Di sini berbagai barang branded atau bermerek "kelas 1" tersedia dengan harga yang dijamin lebih murah dari tempat manapun di Perancis. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BOSTON - Sektor mewah Eropa siap menyambut berakhirnya penerapan sistem penguncian (lockdown) pandemi virus corona (Covid-19) di China.

Hal itu karena kembalinya pelancong China yang menghabiskan banyak uang dapat mempertahankan pertumbuhan perekonomian lebih lanjut.

Perlu diketahui, sebelum masa pandemi, pelancong China yang berkunjung ke Eropa merupakan sumber utama penjualan untuk rumah mode kenamaan dunia.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (23/1/2023), orang China menyumbang 'sepertiga dari pembelian barang mewah di dunia' dan dua pertiga dari pembelian itu dilakukan di luar China," kata Kepala divisi barang mewah di perusahaan konsultan manajemen Bain and Company, Joelle de Montgolfier.

'Kembalinya mereka' telah menyebabkan bank RBC merevisi perkiraan pertumbuhannya untuk sektor ini pada 2023 menjadi 11 persen, dari prediksi 7 persen sebelumnya.

"Pembukaan kembali China adalah salah satu 'mega tema' utama untuk sektor mewah pada tahun 2023," kata RBC Bank dalam catatan baru-baru ini kepada klien.

Setelah anjlok pada 2020, sektor barang mewah berhasil melampaui penjualan sebelum pandemi pada 2021.

"Orang China mengkonsumsi, tapi hanya di China. Pada tahun 2022, jauh lebih rumit dengan pengurungan tak terduga (alibat pandemi) di negara itu," kata de Montgolfier.

Kendati demikian, menurut perkiraan November oleh Bain and Company, hal itu tidak menahan sektor tersebut untuk membuat perkiraan lonjakan 22 persen menjadi 353 miliar euro atau setara 384 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Pertumbuhan tersebut didukung oleh gelombang pelancong AS pasca lockdown yang berkunjung ke Eropa 'berbekal dolar yang kuat', serta pelancong dari Korea dan Asia Tenggara.

'Lebih banyak staf dikerahkan'

Dengan dicabutnya sistem pembatasan perjalanan di China, maka 'akan ada gelombang pelancong China yang cukup besar'.

"Namun itu kemungkinan besar akan terjadi pada kuartal kedua. Pandemi masih sangat aktif di China dan akan mempengaruhi banyak orang," kata Manajer portofolio di manajer aset Flornoy, Arnaud Cadart.

Pelancong China mungkin dibutuhkan jika arus pelancong AS melambat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan