Sabtu, 4 Oktober 2025

5 Momen yang Pernah Dilalui Jacinda Ardern selama Menjabat sebagai Perdana Menteri Selandia Baru

PM Selandia Baru Jacinda Ardern mengundurkan diri, ini 5 peristiwa yang terjadi selama masa kepemimpinannya.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
MICHAEL BRADLEY / AFP
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berbicara di pesta Hari Pemilihan Buruh setelah Partai Buruh memenangkan pemilihan umum Selandia Baru di Auckland pada 16 Oktober 2020. PM Selandia Baru Jacinda Ardern mengundurkan diri, ini 5 peristiwa yang terjadi selama masa kepemimpinannya. 

Ada lebih banyak perempuan, orang kulit berwarna, LGBTQ, dan anggota Parlemen Pribumi daripada sebelumnya.

Tahun lalu, Selandia Baru menjadi negara demokrasi industri maju pertama yang memiliki badan legislatif mayoritas perempuan.

Namun ia sering menghadapi seksisme selama masa jabatannya.

Seorang reporter televisi pernah bertanya tentang rencana kehamilannya.

Pada pertemuan dengan Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin di Auckland pada bulan November, seorang reporter pria menyebut mereka bertemu hanya karena mereka seumuran.

Jacinda Ardern juga mengalami pelecehan gender yang semakin memanas, termasuk ancaman pembunuhan.

Selama wawancara bulan Desember dengan media lokal, perdana menteri mengakui "kekasaran" sentimen publik yang tidak ada sebelum pandemi, tetapi dia berharap hal itu tidak akan permanen.

5. Penanganan pandemi virus corona

Jacinda Ardern dipuji secara global atas kepemimpinannya selama pandemi virus corona.

Dia bertindak cepat untuk menutup perbatasan negaranya pada Maret 2020.

Keputusan itu, ditambah dengan persyaratan karantina yang ketat, membuat negaranya sebagian besar bebas covid hingga awal tahun lalu.

Negara berpenduduk sekitar 5 juta orang ini mencatat kurang dari 2.500 kematian akibat covid-19.

Selandia Baru memiliki tingkat kematian terkait covid-19 terendah di dunia Barat, menurut Universitas Johns Hopkins.

Ada kritik domestik, terutama karena lambatnya peluncuran vaksin.

Para pengunjuk rasa menduduki halaman Parlemen dan memblokir jalan-jalan di ibu kota, Wellington, selama lebih dari tiga minggu tahun lalu.

Ardern menunjukkan amarahnya ketika dia mengatakan pihak berwenang tidak dapat lagi mentolerir "permusuhan, perlawanan, dan kekerasan" selama berminggu-minggu dari pengunjuk rasa, terutama ketika infeksi virus corona melonjak ke rekor tertinggi saat itu.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved