Sabtu, 4 Oktober 2025

5 Momen yang Pernah Dilalui Jacinda Ardern selama Menjabat sebagai Perdana Menteri Selandia Baru

PM Selandia Baru Jacinda Ardern mengundurkan diri, ini 5 peristiwa yang terjadi selama masa kepemimpinannya.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
MICHAEL BRADLEY / AFP
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berbicara di pesta Hari Pemilihan Buruh setelah Partai Buruh memenangkan pemilihan umum Selandia Baru di Auckland pada 16 Oktober 2020. PM Selandia Baru Jacinda Ardern mengundurkan diri, ini 5 peristiwa yang terjadi selama masa kepemimpinannya. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengumumkan pengunduran dirinya pada Kamis (19/1/2023).

Ardern (42) mengatakan bahwa dia tidak lagi memiliki tenaga untuk mengikuti pemilihan nasional akhir tahun ini.

“Saya manusia. Politisi adalah manusia. Kami memberikan semua yang kami bisa, selama yang kami bisa, dan inilah saatnya,” katanya kepada wartawan.

Selama lima setengah tahun menjadi perdana menteri, Jacinda Ardern mendapat pujian atas responsnya yang tenang menghadapi peristiwa-peristiwa besar, termasuk serangan teroris tahun 2019 di dua masjid Christchurch, letusan gunung berapi, dan pandemi global virus corona.

Namun, baru-baru ini, sentimen domestik terhadap pemerintahannya telah memburuk ketika negara bangkit dari lockdown pandemi yang panjang dan menghadapi potensi resesi.

Jacinda Ardern juga mengalami pelecehan misoginis berulang kali, yang meningkat selama pandemi.

Baca juga: Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, akan Mundur dari Jabatannya Bulan Depan

Berikut adalah beberapa peristiwa besar yang pernah dilalui Jacinda Ardern selama kepemimpinannya, seperti dikutip dari The Washington Post:

1. Serangan teroris Christchurch

Pada Maret 2019, seorang pria bersenjata menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai puluhan lainnya dalam serangan di dua masjid di selatan kota Christchurch.

Peristiwa tersebut mengejutkan warga Selandia Baru, yang sebelumnya tidak pernah mengalami kekerasan brutal dalam skala seperti itu.

Sehari setelah serangan itu, Jacinda Ardern mengenakan kerudung selendang saat mengunjungi pengungsi dan komunitas Muslim.

Sambil menangis, ia memberi tahu mereka bahwa seluruh negara “bersatu dalam kesedihan.”

Jacinda Ardern mendapatkan rasa hormat dari banyak Muslim di dalam dan luar negeri atas empatinya.

Ia juga menolak untuk menyebut nama si pelaku penembakan brutal itu.

Sebuah aksi penembakan terjadi di Masjid An Noor, di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). Sekelompok orang menyerbu masjid dengan senapan mesin dan menembaki jamaah yang sedang berada di Masjid menunaikan ibadah Salat Jumat.
Sebuah aksi penembakan terjadi di Masjid An Noor, di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). Sekelompok orang menyerbu masjid dengan senapan mesin dan menembaki jamaah yang sedang berada di Masjid menunaikan ibadah Salat Jumat. (montase (Sumber : Twitter, NZ Herald))

2. Kontrol Senjata

Jacinda Ardern mempelopori undang-undang untuk melarang senjata semi-otomatis dan senapan serbu gaya militer hanya enam hari setelah serangan masjid itu.

“Pada 15 Maret, sejarah kami berubah selamanya. Sekarang, hukum kita juga akan melakukannya,” kata Jacinda Ardern saat itu.

Dalam sebulan, puluhan ribu senjata dan ratusan ribu suku cadang senjata ilegal diserahkan saat program amnesti dan pembelian kembali senjata.

Kritik terhadap program tersebut mengatakan jumlah senjata api yang dikumpulkan mungkin hanya sebagian kecil dari senjata ilegal di negara tersebut, karena Selandia Baru tidak memiliki daftar senjata sebelumnya.

3. 'Panggilan Christchurch' untuk mengatur media sosial

Tindakan lain terhadap serangan masjid itu adalah "Panggilan Christchurch".

"Panggilan Christchurch" adalah inisiatif global yang dipimpin oleh Ardern dan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mendesak raksasa teknologi dan pemerintah lain agar berkomitmen memerangi penyebaran ekstremisme di media sosial.

Para pemimpin dari seluruh dunia menandatangani dokumen sukarela tersebut.

Dokumen dipresentasikan di sela-sela pertemuan Kelompok Tujuh negara industri di Paris pada Mei 2019.

Amazon, Facebook, Google, Microsoft, dan Twitter, berjanji untuk bekerja lebih erat dengan satu sama lain dan dengan pemerintah untuk memastikan situs mereka tidak menjadi saluran radikal.

4. Mengangkat status pemimpin perempuan

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern (AFP)

Baca juga: Profil Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru yang Berprestasi dan Akhirnya Undur Diri

Jacinda Ardern menjadi pemimpin termuda Selandia Baru dalam lebih dari 150 tahun ketika dia terpilih sebagai PM pada tahun 2017 pada usia 37 tahun.

Pada tahun 2018, dia menjadi pemimpin dunia kedua di zaman modern yang melahirkan saat masih menjabat.

Ardern kemudian membawa putrinya yang berusia 3 bulan ke Majelis Umum PBB di New York.

Menyusul kemenangan telak dalam pemilu tahun 2020, Ardern membentuk pemerintahan paling beragam dalam sejarah Selandia Baru.

Ada lebih banyak perempuan, orang kulit berwarna, LGBTQ, dan anggota Parlemen Pribumi daripada sebelumnya.

Tahun lalu, Selandia Baru menjadi negara demokrasi industri maju pertama yang memiliki badan legislatif mayoritas perempuan.

Namun ia sering menghadapi seksisme selama masa jabatannya.

Seorang reporter televisi pernah bertanya tentang rencana kehamilannya.

Pada pertemuan dengan Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin di Auckland pada bulan November, seorang reporter pria menyebut mereka bertemu hanya karena mereka seumuran.

Jacinda Ardern juga mengalami pelecehan gender yang semakin memanas, termasuk ancaman pembunuhan.

Selama wawancara bulan Desember dengan media lokal, perdana menteri mengakui "kekasaran" sentimen publik yang tidak ada sebelum pandemi, tetapi dia berharap hal itu tidak akan permanen.

5. Penanganan pandemi virus corona

Jacinda Ardern dipuji secara global atas kepemimpinannya selama pandemi virus corona.

Dia bertindak cepat untuk menutup perbatasan negaranya pada Maret 2020.

Keputusan itu, ditambah dengan persyaratan karantina yang ketat, membuat negaranya sebagian besar bebas covid hingga awal tahun lalu.

Negara berpenduduk sekitar 5 juta orang ini mencatat kurang dari 2.500 kematian akibat covid-19.

Selandia Baru memiliki tingkat kematian terkait covid-19 terendah di dunia Barat, menurut Universitas Johns Hopkins.

Ada kritik domestik, terutama karena lambatnya peluncuran vaksin.

Para pengunjuk rasa menduduki halaman Parlemen dan memblokir jalan-jalan di ibu kota, Wellington, selama lebih dari tiga minggu tahun lalu.

Ardern menunjukkan amarahnya ketika dia mengatakan pihak berwenang tidak dapat lagi mentolerir "permusuhan, perlawanan, dan kekerasan" selama berminggu-minggu dari pengunjuk rasa, terutama ketika infeksi virus corona melonjak ke rekor tertinggi saat itu.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved