Sabtu, 4 Oktober 2025

Pengungsi Rohingya di Aceh: Sekelompok warga 'menolak', UNHCR ingatkan perlunya solidaritas kemanusiaan

Sekelompok warga di Aceh menggelar aksi di halaman bekas Kantor Imigrasi Peunteutet, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Kamis…

Mitra mengingatkan kembali seperti apa posisi etnis Rohingya saat ini, yang dia sebut orang-orang yang telah kehilangan "segala-galanya".

"Termasuk orang-orang yang mereka sayangi dan mereka terpaksa meninggalkan negara asalnya untuk mencari keselamatan di negara lain, termasuk Indonesia," kata Mitra.

Pengungsi-pengungsi itu, jelas dia, berhak mencari suaka, seperti yang diatur menurut Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia artikel 14 dan Undang-Undang Dasar Indonesia pasal 28 huruf G.

"Kami berharap semangat kemanusiaan ini akan terus ada di negeri ini, negeri yang rakyatnya dikenal baik sebagai orang-orang yang bersahabat di mata dunia," tambah Mitra.

Tradisi hormati tamu

Soal solidaritas kemanusiaan, koordinator aksi yang menolak pengungsi Rohingya di Aceh, Beni mengatakan, "Kita sudah mencoba memberi toleransi untuk bangsa Rohingya yang datang ke Aceh, ketika tidak lagi relevan, dan dianggap mengingkari kearifan lokal, maka kita mencoba ambil sikap."

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh BBC News Indonesia, kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh dimulai ketika 197 orang mendarat di Sabang pada 7 Januari 2009.

Pada Februari di tahun yang sama, menyusul mendaratnya 198 pengungsi di Aceh Timur.

Pada Februari 2011, 129 pengungsi dilaporkan mendarat di Bireuen. Kedatangan pengungsi baru terjadi lagi pada Februari 2012 di Aceh Utara.

Gelombang kedatangan pengungsi terus terjadi hingga November 2022, terutama setelah 2017, ketika orang-orang Rohingya menjadi korban persekusi militer di Myanmar.

Menurut catatan lembaga kemanusiaan lebih dari 20 kali pendaratan terjadi di Aceh.

Satu hari setelah 110 pengungsi yang kini berada gedung bekas Kantor Imigrasi di Lhokseumawe tiba, perahu mengangkut 119 pengungsi mendarat di Dewantara, Aceh Utara.

Menurut Koordinator KontraS Aceh, Azharul Husna, secara sosiologis, suku Aceh memiliki adat yang dikenal dengan sebutan "peumulia jamee" atau memuliakan tamu.

Di dalamnya terdapat satu sistem kepercayaan yang berbasiskan pada agama dan statusnya setara dengan iman ketuhanan dan hari akhir.

"Bagaimana bisa masyarakat Aceh yang menganut nilai-nilai Islam yang memuliakan tamu ini mengusir tamu?" tegas Husna ditemui di kantornya, Kamis (08/12).

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved