Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Sebut Tak Perlu Ada Serangan Besar-besaran Baru: Kami Tak Bertujuan Hancurkan Ukraina
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan tidak perlu melakukan serangan besar-besaran baru di Ukraina.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan tidak akan melakukan serangan besar-besaran baru di Ukraina.
Putin juga mengaku Rusia tidak ingin menghancurkan negara tetangganya itu.
Dalam konferensi pers KTT di Kazakhstan pada Jumat (14/10/2022), Putin juga mengaku mobilisasi pasukan militer cadangan Rusia akan berakhir dalam dua minggu.
Tidak ada rencana untuk melakukan mobilisasi lebih lanjut, kata dia.
Dilansir Reuters, Putin dalam kesempatan itu kembali menegaskan bahwa Rusia bersedia melakukan pembicaraan.
Namun nantinya jika Ukraina siap untuk berdiskusi, Putin mengakui bahwa kedua pihak akan membutuhkan mediasi dari pihak internasional.
Baca juga: Putin Kerahkan 11 Pembom Nuklir di Perbatasan NATO, Geopolitik Eropa Tegang
Komentar terbaru Putin ini menunjukkan nada yang sedikit melunak seiring dengan jalannya invasi yang sudah memasuki akhir bulan kedelapan.
Sebulan terakhir ini, Rusia dirundung kekalahan sementara pasukan Ukraina mengalami kemajuan signifikan.
Saham Wall Street dibuka lebih tinggi karena para pedagang menafsirkannya sebagai meredakan ketegangan geopolitik.
Tetapi Putin,yang mengatakan dia akan siap menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan integritas teritorial Rusia, juga memperingatkan akan "bencana global" jika terjadi bentrokan langsung antara pasukan NATO dengan Rusia.
Peringatan itu ia ungkapkan setelah melancarkan serangan rudal besar-besaran di Kyiv dan kota-kota lain di Ukraina sebagai balasan atas ledakan di jembatan penghubung Krimea-Rusia.
"Kami tidak menetapkan tugas untuk menghancurkan Ukraina. Tidak, tentu saja tidak," kata Putin.
Dia mengatakan, "tidak perlu melakukan serangan besar-besaran" sekarang karena sebagian besar target yang ditentukan telah terkena.
Invasi Rusia yang goyah telah menghadapkan Putin dengan krisis terdalam selama 22 tahun sebagai pemimpin tertinggi Rusia, karena bahkan sekutu Kremlin yang setia telah menyerang kegagalan para jenderalnya dan sifat mobilisasi yang kacau.
Tapi presiden Rusia ini menjawab "Tidak" ketika ditanya apakah dia menyesal, mengatakan kegagalan untuk bertindak di Ukraina akan lebih buruk.