Rayakan ulang tahun di tengah unjuk rasa kenaikan harga BBM, Puan Maharani didesak minta maaf ke publik
Ketua DPR RI, Puan Maharani harus menyampaikan permintaan maaf ke publik atas sikap cueknya pada aksi demonstrasi buruh serta mahasiswa menolak
Ketua DPR RI, Puan Maharani harus menyampaikan permintaan maaf ke publik atas sikap cueknya pada aksi demonstrasi buruh serta mahasiswa menolak keputusan pemerintah soal BBM bersubsidi, dan malah merayakan hari ulang tahun di ruang sidang paripurna.
Kejadian itu menurut pengamat politik menunjukkan ketidaksensitifan para wakil rakyat atas kesusahan masyarakat.
Pengamat juga menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang memicu melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok dan transportasi umum tanpa ada kritik dari DPR, disebut sebagai konsekuensi yang harus dibayar dari rekayasa kelembagaan saat ini.
Baca juga:
- Harga BBM: Negara-negara Asia berburu minyak Rusia dengan harga diskon, bagaimana Indonesia?
- Harga BBM akan naik: Lebih 20 juta keluarga dan 16 juta pekerja akan terima bantuan tunai untuk 'mengurangi tekanan'
- Harga BBM subsidi resmi naik, meski pemerintah sudah diperingatkan tentang dampak sosialnya
Ketua DPR RI, Puan Maharani menjadi menjadi topik yang ramai diperbincangkan di Twitter Indonesia. Hingga Rabu (07/09) setidaknya ada 19.000 cuitan yang menyebut nama putri dari mantan presiden Megawati Soekarnoputri tersebut.
Cuitan warganet ini dikaitkan pada sikap berbeda Puan Maharani yang pernah menangis ketika harga BBM bersubsidi naik di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tapi diam seribu bahasa ketika Jokowi yang berasal dari partai PDI Perjuangan membuat keputusan serupa.
Dan yang membuat warganet makin geram, di saat ratusan mahasiswa mengepung gedung DPR menolak kenaikan harga BBM bersubsidi pada Selasa (06/09), dia justru merayakan hari ulang tahunnya bersama anggota yang lain di ruang sidang tahunan paripurna.
*Gedung Parlemen Dikepung Massa Tolak BBM Naik, Ruang Paripurna DPR-RI Justru Rayakan Kejutan Ultah Puan Maharani*
— FENDI GUCCI (@FENDIGUCCI3) September 7, 2022
Padahal kalian di pilih untuk melindungi kepentingan Rakyat
bukan Penguasa . pic.twitter.com/wLibhtgwix
[removed][removed]
Seperti yang diungkapkan sutradara @fajarnugros, "kalau aku jadi mba Puan, ini momennya. Aku akan berkata stop, jangan rayakan, BBM baru naik.. di depan ada buruh demo.. mari kita rasakan apa yang mereka rasakan.. Tapi sayangnya..
Kemudian komika @kemalpalevi yang berkata, "pantesan di depan gedung DPR kemarin ramai banget. Kirain pada demo, ternyata mau ngerayain ulang tahun bu Puan," katanya dengan menambahkan emotikon tersenyum.
Lalu warganet lain dengan akun @_vien4 yang mencuit, "dulu kalian menangis ketika demo kenaikan BBM, tapi sekarang kalian bernyanyi ketika rakyat, buruh, dan mahasiswa menolak kenaikan BBM dalam kondisi negara seperti ini. Merakyatkah Bu Puan??"
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati, menilai ketidaksensitifan anggota DPR pada masyarakat yang harus menghadapi dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi adalah konsekuensi dari "rekayasa kelembagaan" yakni sistem kepartaian yang mayoritas pendukung pemerintah.
"Kekuatan politik di DPR mayoritas masuk pendukung pemerintah, dan itu enggak salah karena rekayasa kelembagaan seperti itu melalui putusan Mahkamah Konstitusi bahwa perlu mendorong sebuah penguatan sistem presidensial," ujar Mada Sukmajati kepada BBC News Indonesia, Rabu (7/9).
Dampak dari rekayasa kelembagaan itu, sambung Mada, minimnya mekanisme kontrol dari DPR kepada pemerintah.