Konflik Rusia Vs Ukraina
Perjalanan Swedia dan Finlandia untuk Gabung NATO, Sudah Dapat Dukungan Turki
Turki mendukung Swedia dan Finlandia bergabung ke NATO, inilah perjalanan Swedia dan Finlandia untuk gabung NATO.
Pada 2014, Swedia terpaku oleh laporan bahwa kapal selam Rusia bersembunyi di perairan dangkal kepulauan Stockholm.
Dua tahun kemudian, tentara Swedia kembali ke pulau Gotland di Laut Baltik yang kecil namun strategis, setelah meninggalkannya selama dua dekade.
Lalu, apa yang akan berubah?
Swedia dan Finlandia menjadi mitra resmi NATO pada 1994 dan sejak itu menjadi kontributor utama aliansi tersebut.
Mereka telah mengambil bagian dalam beberapa misi NATO sejak akhir Perang Dingin.
Kedua negara untuk pertama kalinya akan mendapatkan jaminan keamanan dari negara-negara nuklir berdasarkan Pasal 5 NATO, yang memandang serangan terhadap satu negara anggota sebagai serangan terhadap semua.
Baca juga: Korea Utara Tuduh Latihan Militer AS, Korsel, dan Jepang Bertujuan Jahat: Selangkah Menuju NATO Asia
Swedia mengambil jalan yang berbeda pada 1990-an, mengurangi ukuran militernya dan mengubah prioritas dari pertahanan teritorial menjadi misi penjaga perdamaian di seluruh dunia.
Tapi, itu semua berubah pada 2014, ketika Rusia merebut dan mencaplok Krimea dari Ukraina.
Wajib militer kembali dan pengeluaran pertahanan ditingkatkan.
Finlandia telah mencapai target belanja pertahanan yang disepakati NATO sebesar 2 persen dari PDB, dan Swedia telah menyusun rencana untuk melakukannya.

Akankah NATO membuat Swedia dan Finlandia lebih aman?
Deborah Solomon, dari Masyarakat Perdamaian dan Arbitrase Swedia, berpendapat bahwa pencegahan nuklir NATO meningkatkan ketegangan dan mempertaruhkan perlombaan senjata dengan Rusia.
Upaya perdamaian yang rumit ini, katanya, membuat Swedia menjadi tempat yang kurang aman.
Ketakutan lain adalah bahwa dalam bergabung dengan aliansi, Swedia akan kehilangan peran utama dalam upaya perlucutan senjata nuklir global.
Banyak orang Swedia yang skeptis terhadap NATO melihat kembali ke periode antara 1960-an dan 80-an, ketika Swedia menggunakan netralitasnya untuk memposisikan diri sebagai mediator internasional.