Sabtu, 4 Oktober 2025

Sri Lanka Bangkrut

Sri Lanka Bangkrut, Perdana Menteri Sebut Negara Tak Mampu Impor Minyak

Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa perekonomian runtuh serta tidak mampu mengimpor minyak karena hutang yang besar.

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP/ISHARA S. KODIKARA
Pengendara mengantre untuk membeli bahan bakar di stasiun bahan bakar Ceylon Petroleum Corporation di Kolombo pada 2 Mei 2022. - Pemogokan oleh pemilik tanker bahan bakar selama akhir pekan memperbaharui antrean panjang di Sri Lanka untuk solar dan bensin pada 2 Mei karena pompa kering, peracikan krisis ekonomi dan energi negara kepulauan itu. (Photo by ISHARA S. KODIKARA / AFP) 

Dikutip dari The Guardian, komentar PM Wickremesinghe dinilai untuk menegaskan kepada para kritikus dan oposisi bahwa ia mewarisi tugas yang sulit dan tidak bisa diperbaiki secara instan.

"Dia menetapkan ekspektasi sangat, sangat rendah," kata Anit Mukherjee, seorang rekan kebijakan dan ekonom di Center for Global Development di Washington.

Orang-orang mengantri untuk membeli minyak tanah untuk keperluan rumah tangga di sebuah stasiun pasokan setelah pihak berwenang melonggarkan jam malam yang sedang berlangsung selama beberapa jam di Kolombo pada 12 Mei 2022. - Negara berpenduduk 22 juta orang itu berada dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan dengan kekurangan bahan bakar yang parah. makanan, bahan bakar dan obat-obatan dan pemadaman listrik yang lama.
 (Photo by ISHARA S. KODIKARA / AFP)
Orang-orang mengantri untuk membeli minyak tanah untuk keperluan rumah tangga di sebuah stasiun pasokan setelah pihak berwenang melonggarkan jam malam yang sedang berlangsung selama beberapa jam di Kolombo pada 12 Mei 2022. - Negara berpenduduk 22 juta orang itu berada dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan dengan kekurangan bahan bakar yang parah. makanan, bahan bakar dan obat-obatan dan pemadaman listrik yang lama. (Photo by ISHARA S. KODIKARA / AFP) (AFP/ISHARA S. KODIKARA)

Pernyataan Wickremesinghe juga mengirimkan pesan kepada pemberi pinjaman potensial.

"Anda tidak bisa membiarkan negara dengan kepentingan strategis seperti itu runtuh," kata Mukherjee, yang mencatat bahwa Sri Lanka berada di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

Ekonomi Sri Lanka kandas di bawah beban utang yang besar, kehilangan pendapatan pariwisata dan efek lain dari pandemi, serta melonjaknya biaya komoditas.

Hasilnya negara ini meluncur menuju kebangkrutan, dengan hampir tidak ada uang untuk mengimpor bensin, susu, gas, bahkan kertas toilet.

Perdana Menteri sebelumnya, Mahinda Rajapaksa, mengundurkan diri pada Mei setelah dilanda protes dan bentrokan yang menuntutnya mundur.

Pengangkatan Wickremesinghe sebagai Perdana Menteri Sri Lanka, dinilai oposisi sebagai upaya melindungi Presiden Gotabaya Rajapaksa dan keluarganya dari kemarahan pengunjuk rasa.

Apa selanjutnya?

Perdana Menteri Wickremesinghe mengatakan bahwa pembicaraan dengan tim dari International Monetary Fund (IMF) yang tiba di Kolombo pada pekan ini, berbuah kemajuan.

Ia menambahkan bahwa kesepakatan kemungkinan akan dicapai pada akhir bulan ini.

"Kami telah membahas beberapa poin termasuk kebijakan fiskal, restrukturisasi utang, dan transfer langsung tunai," kata dia.

"Sejajar dengan ini, kami juga telah memulai pembicaraan tentang kerangka restrukturisasi utang, yang kami harap akan selesai pada Juli."

Setelah kesepakatan tercapai dengan IMF, Wickremesinghe mengatakan bahwa rencananya adalah untuk fokus pada peningkatan ekspor dan menstabilkan ekonomi.

Orang-orang mengantri untuk membeli minyak tanah untuk keperluan rumah tangga di sebuah stasiun pasokan di Kolombo pada 17 Juni 2022.
Orang-orang mengantri untuk membeli minyak tanah untuk keperluan rumah tangga di sebuah stasiun pasokan di Kolombo pada 17 Juni 2022. (AFP)

Baca juga: Ekonom: Bangkrutnya Sri Lanka Buat Investor Hati-hati Tanam Modal di Negara Berkembang

Baca juga: Indeks Harga Konsumen Sri Lanka Melonjak 45,3 Persen pada Mei 2022, Tertinggi Sejak 2015

Wickremesinghe juga akan meminta bantuan lebih banyak dari India, China, dan Jepang menjelang anggaran sementara pada bulan Agustus.

"Kami membutuhkan dukungan dari India, Jepang dan China yang telah menjadi sekutu bersejarah," ujar perdana menteri.

"Kami berencana untuk mengadakan konferensi donor dengan melibatkan negara-negara ini untuk menemukan solusi bagi krisis Sri Lanka."

"Kami juga akan mencari bantuan dari AS," katanya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved