Jumat, 3 Oktober 2025

Pendiri Tentara Merah Jepang Fusako Shigenobu Dibebaskan setelah 20 Tahun Dipenjara

Fusako Shigenobu, pendiri Tentara Merah Jepang yang pernah ditakuti telah dibebaskan setelah 20 tahun di penjara.

AFP
Pendiri Tentara Merah Jepang Fusako Shigenobu (kiri) berfoto saat dibebaskan dari penjara, diapit putrinya May Shigenobu (kanan) di Tokyo pada 28 Mei 2022. 

Shigenobu tidak mengambil bagian dalam serangan itu secara pribadi tetapi pengadilan mengatakan dia mengoordinasikan operasi dengan PFLP.

Terlahir dalam kemiskinan di Tokyo pascaperang, Shigenobu adalah putri seorang mayor Perang Dunia II yang menjadi penjual bahan makanan setelah kekalahan Jepang.

Pengembaraannya ke ekstremisme Timur Tengah dimulai secara tidak sengaja ketika dia melewati protes duduk di sebuah universitas Tokyo ketika dia berusia 20 tahun.

Fusako Shigenobu (tengah), pendiri Tentara Merah Jepang, dikawal oleh petugas polisi di stasiun Tokyo pada 8 November 2000 setelah dia ditangkap di Osaka. Shigenobu, yang dipersalahkan atas serangan tahun 1972 di bandara Lod Tel Aviv yang menewaskan 24 orang, bersembunyi di Osaka.
Fusako Shigenobu (tengah), pendiri Tentara Merah Jepang, dikawal oleh petugas polisi di stasiun Tokyo pada 8 November 2000 setelah dia ditangkap di Osaka. Shigenobu, yang dipersalahkan atas serangan tahun 1972 di bandara Lod Tel Aviv yang menewaskan 24 orang, bersembunyi di Osaka. (AFP)

Baca juga: Resolusi Memperkuat Sanksi Terhadap Korea Utara Ditolak, Jepang Minta PBB Direformasi

Jepang berada di tengah-tengah keributan kampus pada 1960-an dan 70-an untuk memprotes Perang Vietnam dan rencana pemerintah Jepang untuk membiarkan militer AS tetap ditempatkan di negara itu.

Shigenobu dengan cepat terlibat dalam gerakan kiri dan memutuskan untuk meninggalkan Jepang pada usia 25 tahun.

Dia mengumumkan pembubaran Tentara Merah dari penjara pada April 2001, dan pada 2008 didiagnosis menderita kanker usus besar dan usus, menjalani beberapa operasi.

Shigenobu mengatakan pada hari Sabtu bahwa dia pertama-tama akan fokus pada perawatannya dan menjelaskan bahwa dia tidak akan dapat "berkontribusi kepada masyarakat" mengingat kondisinya yang lemah.

Tapi dia mengatakan kepada wartawan:

"Saya ingin terus merenungkan (masa lalu saya) dan hidup lebih dan lebih dengan rasa ingin tahu."

Dalam sebuah surat kepada seorang reporter Japan Times pada tahun 2017 dia mengakui kelompok itu telah gagal dalam tujuannya.

"Harapan kami tidak terpenuhi dan berakhir dengan buruk," tulisnya.

(Tribunnews.com/Yurika)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved