Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Eks Perwira Intel Swiss Ini Beberkan Kronologi Rinci Konflik Rusia-Ukraina (BAGIAN I)

Pemerintah Ukraina pada 23 Februari 2014 menghapus UU Kivalov-Kolesnichenko 2012 yang memasukkan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi di Ukraina.

THEPOSTIL.COM
Lambang Wafen SS Divisi Panzer Nazi dan simbol Resimen Azov yang diintegrasikan ke Garda nasional Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM,  – Kolonel (Purn) Jacques Baud selama bertahun-tahun, dari Mali, Rwanda, Afghanistan, hingga Ukraina bekerja untuk PBB demi menjaga perdamaian.

Perwira intelijen Swiss itu mempertaruhkan hidupnya untuk tugas-tugas itu. Ia kini menulis fakta di balik konflik Rusia-Ukraina, yang bisa menyeret Eropa ke peperangan besar.

Artikel Jacques Baud dipublikasikan di situs thepostil.com awal bulan lalu. Ini situs majalah The Postil Magazine yang peduli pada kampanye perdamaian keamanan dunia.

Baud secara rinci dan runtut membeberkan sebab musabab mengapa Rusia menggelar operasi militer khusus ke Rusia.

Ia juga menggambarkan apa sikap dan agenda-agenda politik militer negara barat, jauh sebelum Rusia memulai serangan ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Baud menegaskan, pendapatnya bukan bermaksud membenarkan peperangan. Ia ingin public memahami apa yang sebenarnya terjadi antara Rusia dan Ukraina.

“Ini bukan masalah membenarkan perang, tetapi memahami apa yang membawa kita ke sana,” kata Baud di awal tulisannya.

Baca juga: Batalyon Azov Ukraina Laboratorium Nyata Nazisme dan Fasisme

Baca juga: Wawancara Scott Ritter: Penguasaan Azovstal Kemenangan Mengesankan Rusia

Baca juga: Petempur Ukraina di Azovstal Menyerah, Kebohongan Presiden Zelensky Terungkap

Berikut ini artikel yang ditulis Jacques Baud yang telah dialihbahasakan thepostil.com ke versi Inggris, dan disajikan di Tribunnews.com dalam versi Indonesia.

Para Ahli Barat Ciptakan Kepanikan 

Saya perhatikan "para ahli" yang secara bergantian tampil di televisi menganalisis situasi berdasarkan informasi yang meragukan.

Paling sering hipotesis yang dibuat sebagai fakta—dan kemudian kita tidak lagi berhasil memahami apa yang sedang terjadi. Ini adalah bagaimana kepanikan diciptakan.

Masalahnya bukanlah untuk mengetahui siapa yang benar dalam konflik ini, tetapi untuk mempertanyakan cara para pemimpin kita membuat keputusan.

Coba kita telaah akar konfliknya. Dimulai dari mereka yang selama 8 tahun terakhir berbicara tentang “separatis” atau “independen” dari Donbass.

Ini tidak benar. Referendum yang dilakukan Republik Donetsk dan Lugansk yang memproklamirkan diri pada Mei 2014, bukanlah referendum "kemerdekaan" (независимость).

Ini telah secar salah diklaim beberapa jurnalis yang tidak bermoral. Tapi referendum "penentuan nasib sendiri" atau "otonomi" (самостоятельность ).

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved