Sabtu, 4 Oktober 2025

Presiden Joe Biden Umumkan 12 Negara Anggota IPEF, Indonesia Masuk Anggota, China Tidak

Kerja sama tersebut tidak menawarkan insentif kepada calon mitra dengan penurunan tarif atau memberi anggotanya akses yang lebih besar ke pasar Amerik

Editor: Hasanudin Aco
INSTAGRAM/@jokowi
Inilah momen Jokowi yang berdiri di samping Presiden AS, Joe Biden saat foto bersama. Presiden pun mengambil posisi di tengah pemimpin ASEAN lainnya. 

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Senin, (23/5/2022) di Tokyo mengumumkan pembentukan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik atau Indo-Pacific Economic Framework IPEF.

IPEF ini beranggotakan 13 negara di negara-negara Asia Pasifik, termasuk di dalamnya Indonesia.

Namun China tidak termasuk di dalam anggota IPEF.

Dilaporkan Associated Press, Presiden Biden mengatakan 12 negara yang bergabung dengan pakta perdagangan baru ini akan Amerika Serikat bekerja lebih erat dengan ekonomi Asia dalam berbagai isu termasuk rantai pasokan, perdagangan digital, energi bersih dan anti- upaya korupsi.

Adapun 12 negara yang tergabung  alam Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik adalah Australia, Brunei Darussalam, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam serta Amerika Serikat.

Baca juga: KSP Nilai KTT Khusus ASEAN-AS Berhasil dan Memberi Dampak pada Indonesia

Bersama dengan Amerika Serikat, gabungan 12 negara ini mewakili 40 persen dari PDB  (produk domestik bruto) dunia.

Negara-negara tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa pakta itu akan membantu mereka secara kolektif “mempersiapkan ekonomi untuk masa depan” menyusul gangguan dari pandemi virus corona dan serangan Rusia ke Ukraina.

Para kritikus mengatakan kerangka kerja tersebut memiliki kekurangan.

Kerja sama tersebut tidak menawarkan insentif kepada calon mitra dengan penurunan tarif atau memberi anggotanya akses yang lebih besar ke pasar Amerika Serikat.

Keterbatasan tersebut mungkin tidak membuat IPEF menjadi alternatif lebih menarik   dibanding Kemitraan Trans-Pasifik yang saat ini masih bergerak maju setelah AS keluar dibawah pemerintahan Donald Trump.

Gedung Putih mengumumkan rencana untuk membangun kerangka ekonomi pada Oktober lalu sebagai pengganti Kemitraan Trans-Pasifik.

Kerja sama baru itu datang pada saat AS yakin memiliki keunggulan dalam persaingannya dengan Beijing.

Bloomberg Economics menerbitkan laporan pekan lalu yang memproyeksikan pertumbuhan PDB AS sekitar 2,8 persen tahun 2022, dibandingkan dengan 2 persen untuk China, yang selama ini kerepotan menahan virus corona melalui lockdown ketat sementara juga berurusan dengan anjloknya sektor properti.

Perlambatan tersebut merusak asumsi bahwa China akan secara otomatis menggantikan AS sebagai ekonomi terkemuka dunia.

“Fakta bahwa Amerika Serikat akan tumbuh lebih cepat dari China tahun ini, untuk pertama kalinya sejak 1976, adalah contoh yang cukup mencolok tentang bagaimana negara-negara di kawasan ini harus melihat pertanyaan tentang tren dan trajectory,” kata penasihat keamanan Gedung Putih, Jake Sullivan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved