Jurnalis Palestina ditembak mati saat meliput penyerbuan Israel di Tepi Barat, siapa sebenarnya Shireen Abu Aqla?
Shireen Abu Aqla adalah salah satu sosok paling familier di Al Jazeera dan selama lebih dari dua dekade meliput konflik Israel-Palestina.
Komandan militer Israel Letnan Jenderal Aviv Kohavi sementara itu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan: "Pada tahap ini, tidak mungkin untuk menentukan siapa yang menembaknya dan kami turut berduka atas kematiannya."
Bennett juga mengatakan Israel telah meminta Otoritas Palestina untuk melakukan post mortem dan penyelidikan bersama untuk mendapatkan kebenaran. Ia mengklaim bahwa para pejabat Palestina sejauh ini menolak tawaran itu, namun seorang menteri Palestina mengatakan tidak ada kontak dari Israel tentang penyelidikan bersama.
Militer Israel kerap melakukan penggerebekan di kamp pengungsi Jenin. Aktivitas itu meningkat baru-baru ini menyusul gelombang serangan oleh warga Arab Israel dan Palestina di jalan-jalan Israel dan Tepi Barat dalam beberapa pekan terakhir yang telah menewaskan 17 warga Israel dan dua warga Ukraina.
Setidaknya 26 warga Palestina tewas - termasuk beberapa penyerang yang ditembak mati saat melakukan serangan, atau militan dan warga sipil tewas selama serangan dan konfrontasi Israel di Tepi Barat.
Operasi Israel berpusat di distrik Jenin, tempat asal empat warga Palestina yang melakukan serangan di Israel.
Kecaman dari berbagai negara
Kecaman datang dari banyak negara. AS mengecam pembunuhan jurnalis Al Jazeera itu sembari menyerukan penyelidikan. "Kami serukan adanya penyelidikan menyeluruh," kata Deputi Juru Bicara Gedung Putih, Karen Jean-Pierre.
Sedangkan Asisten Menteri Luar Negeri Qatar, Lulwa Al-Khater, Rabu mengatakan bahwa penembakan Abu Aqla itu adalah kejahatan yang keji dan daftar panjang aksi jahat pendudukan Israel "karena mereka menembak jurnalis itu di kepalanya saat mengenakan jaket bertuliskan 'pers.'"
Pembunuhan itu juga dikecam Kementerian Luar Negeri Mesir dan dianggap "melanggar atuan dan prinsip hukum kemanusiaan serta melecehkan kebebasan pers dan media."
Sementara seorang juru bicara Uni Eropa, seperti diberitakan Al Jazeera, mengaku pihaknya terkejut atas pembunuhan Shireen Abu Aqla saat sedang menjalankan tugas jurnalistiknya sehingga "kami menyerukan adanya investigasi independen."