Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Cerita WNI di Ukraina yang Tetap Menjalankan Ibadah Puasa di Tengah Perang

Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) masih bertahan di Ukraina di tengah peperangan yang berkecamuk di negara itu.

Editor: Hasanudin Aco
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Orang-orang berjalan di pusat Mariupol pada 12 April 2022, ketika pasukan Rusia mengintensifkan kampanye untuk merebut kota pelabuhan strategis itu, bagian dari serangan besar-besaran yang diantisipasi di Ukraina timur, sementara Presiden Rusia mengajukan kasus menantang untuk perang terhadap tetangga Rusia itu. (Photo by Alexander NEMENOV / AFP) 

Namun, Maysaroh mengaku, makanan di Ukraina kurang pas di lidahnya. Ia lebih sering masak makanan rumahan khas Indonesia, termasuk di bulan Ramadan tahun ini. Terkadang, ia pergi ke supermarket Thailand untuk membeli saus atau bahan pangan yang dapat ia racik sesuai dengan lidah Indonesia.

“Jadi saya berusaha biar enggak terlalu homesick, saya masak apa yang saya bisa ditemukan di sini. Sayur sop, tempe orek, kadang saya kalau bikin tempe kan saya stok tuh tempenya. Jadi kalau kangen bikin tempe goreng, orek tempe, dan suami suka itu,” ceritanya.

Yang juga selalu menjadi favorit di antara keluarga dan teman-teman Maysaroh yang berasal Ukraina adalah bakwan goreng, yang selalu ada di setiap acara.

“Bakwan itu udah paling top, go international. Pertama nyobain tuh mereka udah, 'wow' enak banget,' sampai sekarang favorit di (Ukraina),” katanya.

Sebelum terjadi invasi, Rini mengaku masih bersemangat untuk menyiapkan berbagai makanan khas Indonesia seperti rendang atau minuman es campur dan agar-agar untuk berbuka puasa.

Namun, untuk saat ini ia lebih memilih menu yang simpel, mengingat tidak mudah untuk mencari bumbu dan rempah yang biasa dipakai dalam masakan tradisional Indonesia.

“Sambal terasi pakai sayur, tahu, tempet, gitu aja udah nikmat banget kalau di Ukraina ya. Dan itu susah dicari,” tambah Rini.

Rindu Kampung Halaman

Rini mengaku sangat rindu menjalankan puasa di Indonesia. Ia masih teringat ketika dibangunkan untuk sahur dan saat menunggu waktu berbuka puasa.

“Karena kalau di (Ukraina) itu nungguin waktu buat berbuka puasa enggak ada rasa-rasa menunggu gitu, enggak ada. Kita cuman dikasih tahu notifikasi lewat HP waktunya berbuka, terus langsung aja makan. Jadi tidak terasa spesial seperti Ramadan di Indonesia,” ujar Rini.

Satu hal yang sangat dirindukan oleh Maysaroh adalah kedua anaknya yang masih tinggal di Indonesia. Mereka kerap menanyakan kabarnya.

“(Saya) ada anak yang usia 12 tahun ya. Nanya terus, Mama kapan pulang?” cerita Maysaroh.

“Ada pertanyaan-pertanyaan yang bikin saya sedih. Rencananya saya mau bawa dia ke sini, kondisinya lagi kayak gini. Sayang, enggak bisa,” lanjutnya.

Walau khawatir, keluarga Maysaroh terus berharap agar kondisinya aman dan selamat di Ukraina.

“Mereka, yang penting saya selamat, di sini, aman. Yang penting aman, selamat, dan bisa pulang kapan aja. Semoga dilindungilah dari perang ini, semoga cepat berakhir ya,” katanya.

Rini dan Maysaroh juga berharap agar segera tercapai perdamaian.

“Semoga ramadan kali ini bisa membawa berkah dan kedamaian bagi kita semua,” pungkas Rini [di/dw].

Sumber: VOA Indonesia

Sumber: VOA
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved