Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pejabat AS Pergi ke Sejumlah Negara untuk Menambah Tekanan kepada Rusia

Pekan ini, para pejabat senior AS bepergian ke sejumlah negara untuk menekan Moskow atau merundingkan sanksi kepada Rusia atas invasinya di Ukraina.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
Pavel Golovkin, Eric BARADAT / AFP / POOL
(FILES) Foto kombinasi ini menunjukkan Presiden AS Joe Biden (kiri) saat memberikan sambutan tentang implementasi Rencana Penyelamatan Amerika di Ruang Makan Negara Gedung Putih di Washington, DC pada 15 Maret 2021; dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat ia dan mitranya dari Turki mengadakan pernyataan pers bersama setelah pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow pada 5 Maret 2020. Presiden Joe Biden dan Vladimir Putin memulai panggilan telepon pada 30 Desember 2021 tentang solusi diplomatik atas meningkatnya ketegangan Rusia-Barat atas Ukraina. 

Bahkan penjualan energi ke Eropa bisa mencapai €500 juta (US$555 juta) per hari dengan harga saat ini.

Baru-baru ini, Moskow menuntut pembayaran dalam rubel untuk gas alam mulai Jumat (1/4/2022).

Di sisi lain, pemerintahan AS memastikan sekutu Eropa sepakat dalam menghukum Putin.

"Kami harus terus meningkatkan tekanan pada Rusia dan meningkatkan dukungan kami untuk Ukraina," kata seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat anonim.

"Ini adalah tantangan yang dihadapi dunia bebas dan semua negara demokratis. Dan kita harus siap menghadapinya untuk waktu yang lama."

Beri Peringatan kepada India

Rusia dan China, dua negara yang memiliki kekuatan ekonomi besar di dunia, dikabarkan makin dekat.

Pada Rabu lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu dengan mitranya dari Rusia Sergei Lavrov untuk meningkatkan kerjasama dan hubungan bilateral.

Dampak kedekatan India dan China terhadap sanksi Rusia hingga solusi untuk negara Eropa yang bergantung pada energi Rusia, menjadi bahasan Wakil Menkeu AS Wally Adeyemo dalam pertemuannya dengan pejabat Eropa.

Seorang sumber pejabat Eropa mengatakan, permintaan Rusia agar negara-negara membayar gas alam dalam rubel juga menjadi topik utama.

Eropa menolak permintaan dari Rusia, bahkan pemerintah Jerman menyebutnya sebagai "pemerasan".

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi. (NDTV)

Baca juga: Presiden Ukraina Zelensky Pecat 2 Jenderal Top: Tak Ada Waktu Urusi Pengkhianat

Baca juga: Semua Kepala Sekolah di Melitopol Mengundurkan Diri, Mereka tak Mau Kerja Sama dengan Rusia

Sementara itu di India, Washington mengizinkan negara pimpinan Narendra Modi itu untuk membeli minyak dari Rusia.

Akan tetapi, AS juga tidak ingin melihat "percepatan" dalam pembelian.

Terpikat oleh diskon tajam menyusul sanksi Barat terhadap entitas Rusia, India telah membeli setidaknya 13 juta barel minyak mentah Rusia sejak negara itu menginvasi Ukraina pada akhir Februari.

India memiliki ketergantungan militer pada teknologi dan perangkat keras Rusia.

India merupakan satu-satunya negara anggota QUAD yang tidak menjatuhkan sanksi kepada Rusia.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved