Konflik Rusia Vs Ukraina
Presiden Ukraina Serukan Boikot Minyak Rusia, Eropa Menolak, Kremlin Peringatkan soal Kenaikan Harga
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan sanksi internasional baru terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan sanksi internasional baru terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Ia mengusulkan boikot minyak Rusia dan ekspor Rusia lainnya serta penghentian ekspor ke Rusia, Senin (7/3/2022).
Sanksi Barat yang dijatuhkan atas serangan militer Rusia telah mengisolasi Rusia ke tingkat yang belum pernah dialami oleh ekonomi sebesar itu.
Zelenskyy mengatakan, tekanan ekonomi perlu ditingkatkan, menyerukan berlakunya embargo perdagangan internasional terhadap Rusia.
"Jika invasi berlanjut dan Rusia tidak membatalkan rencananya terhadap Ukraina, maka paket sanksi baru diperlukan demi perdamaian," katanya dalam pidato video, menyebutkan boikot minyak dan produk minyak Rusia pada khususnya, Senin, dilansir CNA.
"Boikot impor ke Rusia jika mereka tidak mematuhi aturan beradab, maka mereka tidak boleh menerima barang dan jasa dari peradaban, biarkan perang memberi mereka makan," terang dia.
Baca juga: Hari Ke-13 Invasi Rusia ke Ukraina: Tuduhan Zelenskiy Hingga Pernyataan Menlu China
Baca juga: Dubes Rusia Temui Ketum PBNU, Gus Yahya: Penyelesaian Damai Harus Diperjuangkan
Eropa Menolak Permintaan Presiden Ukraina
Diberitakan The Independent, Eropa menolak permintaan dari Presiden Ukraina untuk memboikot gas dan minyak Rusia sebagai cara paling efektif untuk menghentikan serangan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Amerika Serikat disebut menekan sekutu Eropa untuk menghentikan pembelian energi senilai ratusan juta pound per hari, yang sejauh ini telah dibebaskan dari sanksi yang mengecualikan Rusia dari sistem transfer uang Swift.
Namun, kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengatakan Berlin dan ibu kota Uni Eropa lainnya telah mengambil "keputusan sadar" untuk tetap membeli dari Rusia.
"Pasokan energi Eropa untuk pemanas, untuk mobilitas, pasokan listrik, dan untuk industri saat ini tidak dapat diamankan sebaliknya," ucapnya, Selasa (8/3/2022).
Baca juga: Para Pemimpin Eropa Waspadai Dampak Embargo Minyak dan Gas Rusia
Baca juga: Amankan Kondisi Pasar Saham, Bursa Efek London Bekukan 28 Perusahaan Rusia
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, mendukung Scholz.
Ia memperingatkan bahwa penghentian tiba-tiba aliran gas dan minyak akan menciptakan “risiko yang tidak dapat dikelola”, termasuk di Ukraina.
“Kenyataan yang menyakitkan adalah bahwa Eropa masih sangat bergantung pada gas Rusia," kata Rutte yang bersikeras bahwa akan membutuhkan waktu untuk melepaskan Eropa dari ketergantungannya.

Berdiri di samping PM Belanda, Boris Johnson yang telah memimpin seruan untuk penerapan menyeluruh larangan Swift, menerima bahwa harus ada masa transisi dari energi Rusia, tetapi mendesak sekutu untuk mempercepat prosesnya.