Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Sebut akan Tarik Mundur Pasukan di Perbatasan Ukraina, UK: Kami Belum Melihat Bukti Apapun
Rusia mengatakan sedang menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina, namun pejabat UK belum melihat bukti apapun.
"Kami akan melihat Rusia pada kata-katanya, tetapi kami akan menilai mereka dari tindakan mereka," katanya.
"Cukup jelas bahwa niat mereka terhadap Ukraina adalah untuk mengubah perilaku mereka dan memang mengubah hubungan NATO terhadap Ukraina dan mereka melakukannya dengan ancaman invasi," kata Wallace kepada Sky News.
Baca juga: Mengenal NATO: Awal Terbentuk, Perannya saat Perang Dingin hingga Masa Kini

Beberapa jam sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin secara terbuka menyambut pembicaraan diplomatik dan mengatakan Kremlin tidak menginginkan perang.
Pemerintahannya menambahkan bahwa beberapa pasukannya yang menyudutkan Ukraina sekarang akan kembali ke pangkalan reguler mereka.
Masih Terlalu Dini
Meski begitu, AS tidak langsung menghapus ancaman invasi Rusia dalam beberapa hari mendatang.
AS mengatakan bahwa terlalu dini untuk mengatakan apakah ancaman invasi dan potensi serangan ke Kiev telah mereda.
Mereka telah berulang kali memperingatkan Putin bisa langsung memberi perintah kepada lebih dari 130.000 tentara yang berkumpul di dekat perbatasan Ukraina untuk menyerang negara itu.
Wallace menggemakan kekhawatiran Gedung Putih mulai Selasa (15/2/2022), di mana Biden mengatakan AS akan mempertahankan semua wilayah NATO.
"Jangan salah. Amerika Serikat akan mempertahankan setiap inci wilayah NATO dengan kekuatan penuh kekuatan Amerika," kata Biden.
"Serangan terhadap satu negara NATO adalah serangan terhadap kita semua," kata presiden AS itu.
Rusia, yang selama ini meremahkan ancaman konflik dengan mengatakan pihaknya tidak berniat berperang dengan Ukraina, menyebut laporan intelijen Barat sebagai propaganda.
"15 Februari 2022 akan menjadi sejarah ketika propaganda perang barat gagal."
"Mereka telah dipermalukan dan dihancurkan tanpa satu tembakan pun dilepaskan," kata Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, pada Selasa (15/2/2022).
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)