Iran dituduh kerahkan unit siber untuk memecah belah Israel dengan membentuk akun palsu Yahudi di Facebook
Iran dituduh membuat sejumlah akun disinformasi untuk menyasar kelompok Yahudi nasionalis dan ultra-religius Israel dengan akun palsu Yahudi
Mereka menyebar artikel dan unggahan yang mendukung politisi sayap kanan. Grup ini mendorong protes dan menumbuhkan sentimen anti-pemerintah dan anti-Arab. Salah satu akun yang mereka kelola memiliki ribuan pengikut.
"Kami melihat jaringan ini muncul lagi setelah peristiwa di bulan Mei, ketika Israel berada di salah satu titik terendah dalam sejarahnya dalam hubungan antara warga Yahudi dan Arab," kata kepala eksekutif FakeReporter, Achiya Schatz.
Sumber BBC di badan keamanan Israel mengatakan profil online memiliki karakteristik yang mirip dengan aktivitas Iran yang sebelumnya terjadi di media sosial.
Jaringan di media sosial itu berusaha keras untuk terlihat asli. Mereka membuat halaman untuk toko roti fiktif di sebuah kota Israel yang cenderung ultra-Ortodoks.
Mereka juga mencuri identitas online seorang laki-laki Yahudi ultra-religius dari Rusia yang meninggal empat tahun lalu.
Saat mengetahui profil palsu itu, saudara perempuan laki-laki tersebut berkata kepada BBC bahwa platform media sosial harus ditutup.
"Ini adalah sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya, menciptakan latar belakang seperti itu," kata Schatz.
"Ada kekhawatiran lain karena jaringan ini menjadi semakin berkembang. Mereka terhubung dengan ekstremis dan kelompok kekerasan seperti itu. Mereka sangat fasih dalam politik Israel," ujarnya.
Kelompok itu berulang kali mendukung anggota parlemen ultra-nasionalis Israel, Itamar Ben Gvir. Dia adalah pengikut gerakan rasis terlarang yang menyerukan pengusiran orang Arab dari Israel.
Unggahan lain oleh jaringan yang dicurigai berbasis di Iran itu, antara lain:
Para pengamat membandingkan campur tangan asing sebelumnya yang dirancang untuk mengacaukan dan memperkuat perpecahan di AS dan Eropa.
'Jejaring sosial ini harus ditutup'
Ketika Olga Veshueva mendapat pesan dari saudara laki-lakinya, Reuven, dia tersenyum lebar sambil mengklik untuk membuka foto itu.
Dalam foto itu, Reuven mengenakan topi mahal. Dia berencana memakainya topi itu saat bertemu teman-temannya di seminari Yudaisme, tempatnya bersekolah di St Petersburg.
Namun momen di tahun 2017 itu kini menjadi kenangan tragis bagi Olga. Beberapa hari kemudian, Reuven, yang masih berusia 20-an, meninggal mendadak karena serangan jantung. Olga memiliki hubungan erat dengan gambar itu karena itulah foto terakhir Reuven sebelum meninggal.