Vaksin COVID-19 Berbasis Protein, Harapan Baru untuk Vaksinasi Global
Regulator obat-obatan Eropa (EMA) telah menyetujui vaksin virus corona Novavax. Vaksin berbasis protein ini dapat menjadi alternatif…
Banyak orang yang menolak untuk disuntik vaksin COVID-19 mengatakan bahwa mereka tidak mempercayai teknologi di balik vaksin berbasis mRNA, seperti yang ada pada vaksin produksi BioNTech-Pfizer dan Moderna. Mereka juga mengatakan tidak mempercayai vaksin berbasis vektor, seperti vaksin Oxford-AstraZeneca dan Johnson & Johnson.
Banyak yang mengatakan bahwa mereka malah menunggu vaksin berbasis protein, yang telah terbukti selama bertahun-tahun memberikan perlindungan yang aman, misalnya terhadap influenza, tetanus, dan batuk rejan.
Sekarang, regulator obat-obatan Eropa (EMA) telah menyetujui vaksin berbasis protein pertama, yang diproduksi oleh perusahaan Amerika Serikat (AS), Novavax, untuk melawan virus SARS-CoV-2.
Vaksin berbasis protein tampaknya menawarkan tingkat perlindungan yang baik terhadap COVID-19 dan menghasilkan lebih sedikit efek samping daripada vaksin berbasis vektor dan mRNA yang sudah ada dan disetujui.
Sangat dibutuhkan untuk kampanye vaksin global
Para ahli mengatakan vaksin berbasis protein sangat dibutuhkan untuk program vaksinasi global melawan pandemi COVID-19. Mereka menyoroti banyaknya negara kaya yang semakin sibuk memberikan vaksin booster kepada populasinya, sementara banyak orang di negara miskin masih belum menerima dosis pertama.
Para peneliti mengatakan vaksin berbasis protein dapat membantu orang-orang di negara-negara miskin mendapatkan vaksinasi. Vaksin berbasis protein lebih murah untuk diproduksi daripada vaksin mRNA dan dapat disimpan pada suhu 2 hingga 8 derajat Celsius, yang membuatnya lebih mudah untuk didistribusikan.
Perusahaan mana saja yang mengembangkan vaksin berbasis protein?
Butuh waktu lebih lama untuk mengembangkan vaksin virus corona berbasis protein. Baru pada bulan November 2021 Novavax mengajukan permohonan persetujuannya ke EMA. Diharapkan juga bahwa AS akan menyetujui vaksin Novavax untuk digunakan di sana pada akhir tahun.
Indonesia menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan darurat penggunaan vaksin Novavax pada awal bulan November lalu. Pengajuan untuk persetujuan juga sedang berlangsung di Inggris Raya, Kanada, dan Australia.
Selain Novavax, ada produsen vaksin berbasis protein lainnya seperti Biological E dari India dan Clover Biopharmaceuticals dari Cina yag juga akan mengajukan kandidat vaksin mereka untuk disetujui.
Lalu ada juga perusahaan Inggris-Prancis, Sanofi-GlaxoSmithKline, perusahaan Kanada bernama Medicago, dan perusahaan Korea Selatan bernama sk bioscience. Masing-masing tengah terus mengembangkan vaksin berbasis protein mereka.
Salah satu poin kunci saat ini adalah bagaimana vaksin berbasis protein diproduksi di lebih banyak negara. Di beberapa negara, seperti Kuba, Rusia, dan Taiwan, vaksin berbasis protein menjadi standar dalam kampanye vaksin nasional.
Apa yang membedakan vaksin berbasis protein?
Vaksin berbasis protein berisi protein yang sangat kecil dan mirip spike protein COVID-19. Sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap protein dalam vaksin, dan reaksinya jauh lebih cepat karena — bertentangan dengan vaksin lain — ia tidak harus memproduksi protein itu sendiri. Protein diantarkan dalam vaksin.
Vaksin Novavax tidak berisikan virus corona yang telah mati. Sebagai gantinya, para pengembang menggunakan nanoteknologi rekombinan untuk menghasilkan partikel terkecil yang menyerupai spike protein SARS-CoV-2.
Menggunakan sel serangga, para pengembang menciptakan nanopartikel yang dikenali oleh sistem kekebalan tubuh sebagai virus — partikel mirip virus meskipun itu bukan virus — dan kemudian bereaksi sesuai dengan itu.